REPUBLIKA.CO.ID, TUEBINGEN - Universitas tertua di Jerman, Universitas Tuebingen membuka departemen teologi Islam. "Agama harus dipikirkan. Pembukaan departemen baru ini merupakan tonggak untuk integrasi," komentar Menteri Pendidikan Jerman, Annette Schavan, seperti dikutip onislam.net, Selasa (17/1).
Untuk sementara, universitas Tubingen hanya membuka program sarjana. Adapun, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Jerman. Sementara bahasa Arab dan Studi Alquran akan menjadi materi wajib perkuliahan.
Tuebingen merupakan sebuah universitas yang menawarkan pendidikan gratis bagi mahasiswanya. Kampus ini juga merupakan pusat studi teologi Kristen di Eropa.
Universitas ini dibangun pada 1477 dengan angkatan pertama berjumlah 80 siswa. Kini, kampus tersebut memiliki mahasiswa yang jumlahnya mencapai 24 ribu, yang di antaranya terdiri dari mahasiswa Jerman dan internasional.
Menjadi salah satu universitas tertua di Jerman, Univeritas Tubiengen memiliki sejumlah fakultas seperti kedokteran, ilmu alam dan humaniora. Kampus ini juga sempat meraih penghargaan Nobel, terutama di bidang kedokteran dan kimia.
Perlawanan
Kendati pemerintah Jerman mendukung penuh pembukaan departemen Teologi Islam, kalangan konservatif tidak tinggal diam. Mereka melakukan penolakan terhadap keberadaan departemen baru tersebut. Mereka menuduh, pembukaan departemen Teologi Islam sama saja dengan mencetak generasi ekstrimis.
Schavan menolak tuduhan itu. Menurutnya, sudah saatnya Jerman memberikan kontribusi untuk kemajuan teologi Islam. Namun, dia berpendapat bahwa "Lulusan kampus ini akan menjadi penangkal penyebar kebencian," kata Schavan dengan tegas.
Tak sampai disitu, oposisi selanjutnya menyudutkan pemerintahan Kanselir Angela Merkel. Oposisi menuduh Merkel menggunakan dana pemerintah. Menurut Oposisi, Universitas Tuebingen adalah institusi pendidikan milik pemerintah yang mengajarkan Islam di Jerman.
Jerman memiliki antara 3,8 dan 4,3 juta Muslim, atau sekitar 5 persen dari total populasi 82 juta, seiring tumbuhnya populasi Muslim, kehadiran mereka mulai dicurigai. Pada 2009, Direktur bank sentral, Thilo Sarrazin menuduh imigran Muslim merusak masyarakat sehingga menjadi kurang cerdas.
Kondisi itu diperparah dengan pernyataan Kanselir Merkel yang mengatakan bahwa multikulturalisme telah gagal di Jerman. Namun pernyataan itu segera diredam Presiden Jerman Christian Wulff. Presiden menekankan Islam adalah bagian dari masyarakat Jerman.
Selanjutnya, Politisi Jerman mulai mewacanakan untuk mengakui Islam sebagai agama resmi di Jerman yang mayoritas Kristen.