REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PB Mathl'aul Anwar, KH Sadeli Karim, mengungkapkan, aliran Sunni dan Syiah di Indonesia sebenarnya bisa bersatu.
''Selama Syiah di Indonesia tidak mengganggu golongan lain, mengapa harus diributkan? Muslim di indonesia sangat banyak. Tentu akan banyak golongan di dalamnya. Kita harus saling toleransi. Selama akidahnya masih sejalan tidak perlu diributkan. Keributan akan berujung pada konflik yang mengganggi kerukunan hidup beragama di Indonesia,'' ujarnya.
Menurut dia, Syiah baru muncul selama masa kekuasaan Ali bin Abi Talib ra. Dalam perjalanannya ,Syiah memiliki banyak sekte. Banyaknya sekte yang muncul menyebabkan, keyakinan yang dianut pemeluknya berbeda.
Sadeli mencontohkan, sebagian Syiah yang menuhankan Ali RA, membenci tiga khalifah lain, atau menganggap Nabi Muhammad SAW mencuri kenabian Ali RA. Hal ini tentu bertentangan dengan keyakinan yang dianut kebanyakan Muslim Indonesia. Namun sebaliknya ada juga aliran Syiah yang sangat mirip dengan Sunni. Karena itu, Sadeli mengatakan, penyikapan terhadap Syiah bergantung pada keyakinan seperti apa yang dipeluknya.
Selama sekte tersebut tidak dipandang sesat, maka umat lain harus mencoba toleransi. Menyikapi peristiwa terkait Muslim Syiah di Sampang, Madura beberapa waktu lalu, Kiai Sadeli menegaskan, toleransi sangat diperlukan supaya tidak terpancing provokasi.
Ketika ditanya bagaimana menyelesaikan konflik tersebut, Kiai Sadeli mengatakan, ''Saya yakin Majelis Ulama Indonesia sebagai tempat bernaungnya Muslim mampu menyelesaikan konflik ini. Kita tunggu saja bagaimana langkah MUI.''