Rabu 14 Dec 2011 14:54 WIB

Inilah Visi Kelompok Islam Mesir Soal Pariwisata

Rep: Agung Sasongko/ Red: Johar Arif
Sharm el-Sheikh, kota tujuan wisata di Mesir.
Sharm el-Sheikh, kota tujuan wisata di Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Kelompok Islam Mesir telah menyiapkan visi soal pariwisata seandainya mereka menang pemilu. Visi itu adalah pariwisata halal tanpa minuman keras, bikini dan pantai campur.

 

"Wisatawan tidak perlu mengkonsumsi alkohol saat mereka datang ke Mesir, mereka punya stok minuman keras di rumah," kata calon anggota legislatif dari Ikhwanul Muslim, Azza al-Jarf, seperti dikutip alarabiya.net, Rabu (14/12).

 

Menurut Azza, mereka datang ke Mesir tentu bukan untuk mengkonsumsi alcohol, melainkan melihat peninggalan peradaban Mesir kuno. Karena itu, ia bakal mendorong sektor pariwisata yang menjaga nilai-nilai Mesir dan Islam.

 

Pernyataan Azza sangat bertolakbelakang dengan pimpinan Ikhwanul Muslim. Sebelumnya, Sabtu (10/12) kemarin, Presiden kebebasan Ikhwanul Muslim dan Partai Keadilan (FJP), Mohamed Morsi, menyatakan tidak akan melarang peredaran minuman keras di hotel atau resor wisata atau mencegah warga Mesir mengkonsumsi minuman keras di rumah.

 

Sementara itu, juru bicara partai Al-Noer, Nader Bakar, menjelaskan pihaknya akan membolehkan wisatawan untuk mengkonsumsi minuman keras yang mereka bawa dari luar negeri. Namun, konsumsi terbatas di kamar hotel tempat mereka menginap.

 

Ia mengatakan pihaknya berjanji tidak berencana untuk melakukan pembatasan, namun lebih fokus pada mengubah visi hotel-hotel di Mesir agar menyesuaikan dengan nilai-nilai Islam. "Kami akan melarang wisata pantai campur," katanya.

 

Dari pihak ulama, Yasse Bourhami menyarankan agar pariwisata perlu mengedepankan nilai-nilai Islam. Ia percaya pariwisata tanpa alkohol dan bikini tidak akan mengganggu minat wisatawan asing untuk datang ke Mesir. "Pariwisata tidak harus berenang dengan bikini," katanya.

 

Sejumlah pengamat berpendapat ada baiknya untuk tidak mencampuradukan urusan agama dengan pariwisata. Sebab, perekonomian Mesir sangat tergantung pada sektor tersebut. Dikhawatirkan apabila terjadi campuraduk antara agama dan pariwisata, maka berdampak pada kurangnya minat wisatawan luar untuk mengunjungi Mesir.

 

Menteri Pariwisata, Abdul Munir Fakhri Nur, mengatakan dampak dari campuraduk antara agama dan pariwisata hanya akan menambah beban industri. "Industri Pariwisata kita tengah menghadapi tantangan ganda, yakni keamanan dan fatwa," kata Abdul Nour.

 

Pariwisata menyumbang sekitar 10 persen dari produk domestik bruto (PDB) Mesir. Sektor ini menyerap tenaga kerja sebanyak 3 juta. Piramida Giza, Terusan Suez, dan Lembah Nil merupakan lokasi favorit wisatawan. Namun, pendapatan dari sektor ini menurun lebih dari 35 persen pada kuartal kedua tahun 2011.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement