REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY – Salah seorang sahabatnya, yang beragama Kristen, sangat mendukung langkah Steven. Menurut sang kawan, Islam dan Kristen memiliki banyak kesamaan. "Aku pikir, pengalaman ini memberikan kekuatan positif," kata Steven.
Tak lama beradaptasi, ia mulai disiplin melaksanakan shalat lima waktu. Ia juga berpuasa. Hidupnya menjadi lebih tenang dan damai.
Steven mengakui dulunya ia seorang yang tempramental. Kini, sikap buruk itu menghilang tak membekas. Hidupnya jauh lebih tenang, emosinya terkontrol dengan baik.
Ia pun mampu menjawab setiap pertanyaan tentang Islam yang diajukan padanya. Kendati tak sedikit orang yang mengolok-olok soal identitas keislamannya, ia tetap meladeni mereka dengan sabar. "Ketika anda bertemu orang-orang yang memiliki sikap negatif terhadap Islam. Anda sebaiknya menjelaskan Islam dengan sebenar-benarnya," ia menyarankan.
Bagi Steven, Islam tidak bertentangan dengan nilai-nilai Australia. Sebaliknya, Islam memiliki nilai-nilai yang sama dengan apa yang dilakukan masyarakat Australia. "Kita menghormati orang tua, kita juga diminta mematuhi hukum. Jelas, nilai Islam dan Australia berjalan beriringan," katanya.
Yang membedakan, lanjut dia, adalah cara hidup di Australia seperti minum, judi dan penekanan aspek moral yang tidak terdapat dalam Islam.