Rabu 09 Nov 2011 20:25 WIB

Dua Kesalahpahaman Tentang Muslimah Inggris

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Muslimah Inggris kerap dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme.
Foto: AP
Muslimah Inggris kerap dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme.

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON – Sosiolog Kevin Brice menilai kecurigaan terhadap perempuan Inggris yang memeluk Islam tidak berdasar. Menurutnya, kondisi itu tidak terlepas dari adanya kesalahpahaman.

 

"Ada dua kesalahpahaman terkait perempuan Inggris yang menjadi mualaf," papar dia seperti dikutip thefreshoutlook.com, Rabu (9/11).

 

Pertama, perempuan Inggris memeluk Islam bukan tanpa paksaan melainkan atas pilihannya sendiri. "Pindah agama tidak akan menganggu masyarakat sekitar. Namun, masyarakat Inggris menganggap pindah agama merupakan ancaman, sehingga mereka mencurigai perempuan Inggris yang memeluk Islam," kata dia.

 

Kedua, media memiliki peran besar menciptakan gambaran tentang Islam yang identik dengan terorisme dan gerakan radikal. "Seharusnya media memberitakan secara seimbang soal mereka yang memeluk Islam," imbuhnya.

 

Menurut Brice, pemberitaan media massa Inggris cenderung menciptakan ketegangan antara komunitas Muslim dan masyarakat Inggris. Karena itu, ia menyarankan perlu adanya jembatan komunikasi antar kedua belah pihak. "Fungsi itu sebenarnya berada di tangan para mualaf ini," katanya.

 

Lebih dari 100.000 wanita Inggris kulit putih yang berusia rata-rata 27 tahun memilih menjadi Muslim, angka tersebut dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement