Senin 07 Nov 2011 08:26 WIB

Menengok Muslim Uyghur di Cina (Bagian 2): Kashgar, Kota Tua Berusia Ribuan Tahun

Kota tua Kashgar di Cina
Foto: uyghuramerica
Kota tua Kashgar di Cina

REPUBLIKA.CO.ID, KASHGAR-– Kashgar merupakan salah satu destinasi wisata Islam China yang menarik untuk dikunjungi. Banyak peninggalan sejarah Islam di sana. Misalkan, Masjid Idkah, di pusat kota Kashgar, yang dibangun tahun 1442.

Ini merupakan masjid yang terbesar di China dan mampu menampung 100 ribu orang untuk melakukan sholat Idul Fitri dan Idul Adha.

Masjid dan pesanten para ulama besar di Kashgar yajuga ng cukup berpengaruh dalam penyebaran Islam di Tiongkok. Tiga ulama besar yakni Mahmud Kashgari Tomb, Yusuf Has Hacib Tomb, dan Xianfei Thomb atau yang lebih dikenal dengan Abakh Hojam Tomb.

Mahmud Kashgari telah mendirikan pusat kajian dan penyebaran Islam sejak abad ke-10 dan membangun kawasan Islamic (pesantren) 48 Km dari kota Kashgar. Ulama ini meningglkan pesantren yang cantik dan menarik untuk dikunjungi.

Ulama Yusuf tidak banyak meninggalkan bangunan sejarah, tapi Abakh Hojam Tomb meninggalkan pesantren, masjid tercantik di China dan kuburan keluarganya dalam sebuah bangunan seperti masjid dengan dinding marmer warna-warni. Lokasinya hanya lima Km dari kota Kashgar.

Banyak turis domestik dari Shanghai, Hongkong Beijing dan turis asing misalkan dari Taiwan, Eropa dan Amerika yang tertarik dengan KotaTua Kashgar. Kota dengan bangunan dan model abad ke-10 masih bertahan, bahkan masih didiami sekitar 10.000 orang atau 2.000 keluarga. Bangunannya masih terbuat dari tanah liat dan rumput (jerami).

"Masyarakat yang tinggal di kota tua ini adalah etnis Uyghur, semuanya beragama Islam. Hingga kini mereka adalah keturunan dari etnis Uyghur yang sudah tinggal ribuan tahun lalu," kata Murod, pemandu wisata kota tua. Arsitektur Islam sangat kental pada rumah-rumah di kota tua itu.

Untuk belanja, wisatawan dapat menikmati pertokoan dan pusat perbelanjaan di Bazzar Kashgar. Pusat pertokoan yang sudah ada sejak 2.000 tahun lalu, atau ratusan tahun sebelum Masehi, di mana Kashgar memang merupakan kota yang strategis dan berperan penting dalam jalur sutra.

Jalur perdagangan yang menghubungkan China, dengan negara-negara Asia Tengah, hingga ke Eropa. Semua pedagangnya adalah etnis Uyghur yang muslim.

Berbagai produk Kashgar, Pakistan, Afghanistan, Rusia, juga produk dari China dapat dijumpai di Bazzar Kashgar. "Bagi wisatawan Indonesia dan masyarakat muslim lainnya, jangan takut, sebagian besar restoran di sini menyajikan makanan halal," kata Kaderya, pemandu wisata Kashgar.

Namun sayang belum ada penerbangan internasional yang langsung ke kota Kashgar. Hanya satu penerbangan asing yang melayani rute Kashgar – Urumqi – Islamabad – Istambul. Dari Asia Tenggara, wisatawan harus terbang ke Beijing, kemudian ke Urumqi, baru terbang lagi ke Kashgar.

Masalah komunikasi juga sulit. Sangat jarang warga Kashgar bisa berbahasa Inggris. Mereka umumnya menggunakan bahasa Mandarin dan Uyghur. Namun, bagi wisatawan muslim yang mau melihat sejarah Islam di China dan punya tantangan maka Kashgar patut menjadi pilihan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement