REPUBLIKA.CO.ID, BERN - Mayoritas masyarat Swiss menyetujui larangan pembangunan menara Masjid. Demikian hasil referendum Swiss. Hasil referendum menyebutkan 57,5 persen masyarakat Swiss menyetujui larangan tersebut. Sementara hanya empat dari 26 kanton (sebutan negara bagian yang tergabung dalam republik federal Swiss) menolak larangan tersebut.
"Dewan federal (pemerintah) menghormati putusan ini. Karena itu, pembangunan menara Masjid baru tidak akan diizinkan," papar jujur bicara dewan seperti dikutip aljazeera.com, Senin (24/10).
Pelaksanaan referendum Swiss berawal dari tekanan Partai Rakyat Swiss (SVP) kepada Dewan Federal untuk menyelesaikan masalah pembangunan menara Masjid. Dalam tekanan itu, mereka mengumpulkan dukungan berupa 100 ribu tanda tangan dalam waktu 18 bulan kepada warga negara Swiss yang memiliki hak suara.
Alan Fisher, koresponden Al Jazeera di Bern, ibukota Swiss, mengatakan kekhawatiran penyebaran Islam radikal merupakan alasan kuat masyarakat Swiss dalam mendukung pembangunan menara Masjid. Alasan itu mengalahkan fakta konkret bahwa komunitas Muslim Swiss cenderung moderat ketimbang komunitas Muslim lain di seluruh Eropa.
"Mereka (komunitas Muslim Swiss) berharap referendum memihak mereka. Tapi nyatanya, harapan itu sirna dan mereka terkejut melihat mayoritas masyarakat Swiss memilih setuju dengan larangan itu," papar Fisher.
Ia mengungkap selepas hasil referendum, pemerintah Swiss segera menyakinkan komunitas Muslim Swiss untuk tidak merasa ditolak. Pemerintah berdalih larangan itu tidak diartikan sebagai bentuk penolakan terhadap komunitas Muslim.
Menteri Keadilan Swiss, Eveline Widmer-Schlumf menuturkan hasil referendum mencerminkan kekhawatiran yang besar terhadap Islam radikal. "Kekhawatiran ini perlu mendapat perhatian. Namun, Dewan Federal berpandangan bahwa larangan pembangunan menara Masjid tidak layak sebagai sarana melawan ekstrimisme," paparnya.
Farhad Afshar, kepala kordinator Organisasi Muslim Swiss mengatakan hasil referendum merupakan hal yang menyakitkan bagi komunitas Muslim Swiss. "Yang menyakitkan bagi kami bukan larangan, namun simbol penolakan dari suara Muslim," ungkapnya.
Anti-Islam
Bagi pendukung larangan pembangunan menara, hasil referendum merupakan kemenangan terhadap usaha menekan pertumbuhan ideologi dan sistem hukum yang tidak memiliki tempat dalam demokrasi Swiss.
"Pernikahan paksa dan lainnya bukan bagian dari budaya Swiss. Kami tidak ingin itu meluas," ungkap Ulrich Schlueer, Wakil Presiden Komite Inisiatif Larangan Pembangunan Menara Masjid. Sebabnya, kata dia, tidak ada ruang untuk menara Masjid di Swiss.
Pernyataan Ulrich, yang juga aspirasi mayoritas Swiss, dinilai Presiden Federasi Organisasi Islam Swiss, Taner hatipoglu akan berdampak pada hubungan antara Muslim dan masyarakat Swiss. "Yang saya khawatirkan, jika suasana seperti ini, suara-suara anti Islam kian menguat dan rasa kebencian terhadap Islam semakin meningkat," tegasnya.
Sekitar 400.000 Muslim tinggal di Swiss, mereka umumnya berasal dari bekas Yugoslavia dan Turki. Meskipun Islam adalah agama terbesar kedua setelah Kristen, hanya ada empat Masjid dengan menara di seluruh Swiss.