REPUBLIKA.CO.ID,Ibadah haji rasanya kurang komplit, tanpa berkunjung ke Jabal Rahma, si "Bukit Kasih Sayang". Jabal Rahma yang berada di Padang Arafah sebenarnya mudah dicapai, bahkan bukit yang terletak di padang luas itu terlihat saat jamaah melakukan wukuf atau berkumpul di Arafah.
Saat puncak haji berlangsung, lokasi itu akan sangat padat didatangi oleh jamaah dari berbagai dunia, dengan tujuan untuk meminta doa, seperti dimudahkan mendapat jodoh bagi yang belum menikah, atau berdoa agar keluarga diberikan kelanggengan sampai kematian datang jika sudah menikah.
"Saat puncak haji, luar biasa padatnya bukit ini. Untuk mendaki atau menyentuh tugu itu sangatlah sulit. Untuk menghindari kepadatan banyak yang datang bukan saat musim haji," kata Muhammad Khoidori, seorang warga negara Indonesia yang telah 11 tahun menetap di Arab Saudi.
Khoidori yang sehari-hari bekerja sebagai supir, mengatakan banyak yang percaya bahwa berdoa di bukit itu akan dimudahkan mendapat jodoh, sehingga tidak sedikit muslim atau muslimah dari penjuru dunia sengaja datang ke situ, bukan saja saat musim haji tapi juga saat umroh. Untuk dapat mencapai tugu di Jabal Rahma, seseorang harus bersedia untuk naik ke puncak dengan cara menaiki tangga sedikit melingkar yang cukup panjang.
Oleh Pemerintah Arab Saudi tangga tersebut sengaja dibuat untuk memudahkan jamaah naik menuju tugu yang berbentuk kerucut dengan di cat sebagian warna hitam sebelah bawah dan sebagian warna putih sebelah atas.
"Dengan tangga tersebut akan sangat memudahkan bisa menapak sampai bukit untuk berdoa dan memegang tugu tersebut," katanya.
Kondisi tugu itu sendiri, khususnya yang dicat hitam penuh dengan coretan nama-nama orang, baik menggunakan huruf latin maupun huruf arab, bahkan tidak sedikit tertulis banyak nama yang mencirikan nama khas Indonesia yang beberapa diantaranya bergambar hati. "Itu untuk menunjukan agar laki-laki dan perempuan itu jodohnya langgeng," katanya sambil tersenyum.
Akibat dipenuhi coretan menggunakan spidol, kondisi tugu itu tampak kumuh, namun demikian beberapa yang berdoa di situ tetap saja bersedia memegang dan mencium sambil berdoa.
Tempat pertemuan
Dipilihnya Jabal Rahma sebagai tempat memohon, karena kebanyakan muslim percaya bahwa bukit itu menjadi tempat yang "mustajab" untuk memanjat doa. Jabal Rahma dipercaya menjadi titik pertemuan kembali Adam dan Hawa setelah mereka berpisah bertahun-tahun lamanya. Jabal Rahma selalu dipenuhi peziarah karena mempunyai sejarah penting dalam Islam, karena tempat itu konon merupakan tempat terbaik untuk berdoa meminta jodoh.
Sejumlah orang mempercayai apabila seseorang berdoa di atas bukit ini untuk meminta pendamping hidup, niscaya doanya dikabulkan Allah. Tidak sedikit orang yang berdoa di bukit itu sambil memegang atau mencium tuga dengan meneteskan air mata. Entah apa yang membuat mereka menangis.
Sayangnya, kekhusyukan jemaah yang berdoa sedikit terganggu oleh para tukang foto keliling dan pedagang yang sibuk menjajakan dagangan. Belum lagi banyak pengunjung yang tawaf mengitari tugu ini. Padahal, tidak ada hukumnya maupun sunah Rasul untuk mengelar tawaf di sini kecuali di Baitullah.
Tidak seperti Jabal Tsur dan Jabal Nur yang terlihat gersang dan tetap terjal, di Jabal Rahma sudah tersedia anak tangga untuk mencapai ke puncaknya. Di pelataran parkir juga terdapat papan petunjuk tentang bukit ini, termasuk sejumlah larangan yang dilakukan pengunjung.
Selain itu, unta yang dihiasi oranamen bunga warna-warni yang mencolok, sehingga terlihat ngejreng, siap ditumpangi pengunjung buat foto bersama. Untuk foto bersama unta ini, pengunjung dikenai biaya 20 riyal (1 riyal = Rp2.300-Rp2.800) sekali jepret dan langsung jadi, tanpa klise/negatif film. Tapi bisa juga dinegosiasikan harganya.
Kadang-kadang si pemilik unta ini memaksa pengunjung untuk foto dan naik unta. Bahkan, ia tak hanya satu kali menjepret, tapi bisa berkali-kali. Sehingga yang harus dibayar pengunjung pun jadi membengkak. Sebab itu, kita harus pandai menolak atau berkata tegas kepada si tukang foto ini agar kantong tak kebobolan.
"Kita memang harus secara tegas mengatakan pada tukang foto bahwa kita tidak mau foto. Kalau kita sudah memiliki kamera dan menunjukkan kepadanya, biasanya tukang foto akan mundur sendiri," kata Khoidori.
Di sekitar bukit itu juga banyak sejumlah pedagang yang menjajakan berbagai kerajinan tangan seperti aneka batu cincin, tasbih, gantungan kunci, dan aneka pajangan. Jika tertarik ingin membeli jangan lupa untuk menawar saat bertransaksi mengingat saat penawaran pertama biasanya harganya sangat tidak rasional.
Keberadaan pedagang sekitar tugu sebetulnya mengganggu pemandangan dan menjadikan lokasi yang tidak terlalu luas menjadi lebih sempit lagi. Di atas bukit itu atau di dekat tugu, kita bisa melihat dari atas luasnya Padang Arafah tempat berkumpulnya jamaah haji saat memasuki puncak haji.