REPUBLIKA.CO.ID,PADANG--Sebanyak 120 koleksi sejarah Islam di Sumatera dipamerkan dengan tajuk "Islam Dalam Keragaman Sejarah dan Budaya Sumatera" di Museum Adityawarman Sumatera Barat, 28 September hingga 28 Oktober 2011.
Pameran se-Sumatera tersebut dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno di Padang, Rabu, dan dihadiri Direktur Museum Ditjen Sejarah dan Purbakala Kemenbudpar Intan Mardiana serta Kepala Museum se-Sumatera.
"Delapan museum di delapan provinsi di Sumatera terlibat dalam pameran bersama yang dibuka selama satu bulan penuh," kata Kepala Museum Adityawarman Sumbar Muasri. Koleksi yang dipamerkan berupa benda bersejarah yang berhubungan dengan Islam di Pulau Sumatera.
Ia menyebutkan, benda-benda yang dipamerkan dibagi ke dalam tujuh materi yang berhubungan dengan kebudayaan Islam seperti katagori religi; benda-benda yang berkaitan dengan kegiatan upacara budaya dan Islam.
Selanjutnya, benda-benda yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, arsitektur atau bangunan Islam, karya seni seperti kaligrafi, naskah-naskah Islam, numismatika seperti uang dan stempel, serta sigilografi yakni aksara Islam.
"Koleksi yang dihimpun dari delapan museum di Sumatera tersebut ditampilkan dalam bentuk asli, replika, dan foto," katanya.
Ia mengatakan, pameran tersebut terbuka untuk umum dengan tarif masuk seperti biasa yakni Rp2.000 bagi pengunjung dewasa dan Rp1.000 untuk anak-anak. "Selama dua minggu pertama, kami akan menggratiskan tarif masuk bagi pengunjung dan tarif normal akan berlaku setelah itu," sebutnya.
Muasri menyebutkan, pameran bersama tersebut diadakan untuk meningkatkan jumlah kunjungan ke museum pada tahun ini, dan memberikan edukasi bagi masyarakat, khususnya bagi praktisi pendidikan, siswa, mahasiswa, guru dan dosen termasuk para sejarawan dan budayawan.
Misi utama dari pameran tersebut, kata Muasri, adalah untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang peran besar dan pengaruh Islam dalam mengubah peradaban masyarakat di Sumatera, khususnya di Ranah Minang sehingga menjadi jauh lebih baik.
Pengaruh Islam, menurutnya, tidak hanya memperbaiki pola hidup masyarakat Minang, namun juga telah berperan besar dalam proses pendirian bangsa. "Secara garis besar, melalui pameran budaya Islam dan Sumatera ini, kami ingin mengungkap kejayaan masa lalu, membandingkan dengan masa sekarang untuk menjadi pedoman bagi masa datang," jelasnya.
Muasri menambahkan, Museum Adityawarman juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan kabupaten/kota di Sumbar untuk mendorong para siswa mengunjungi pameran tersebut. Selain itu, pihak perguruan tinggi diminta untuk mendorong mahasiswa dan dosen, khususnya jurusan budaya dan sejarah agar mengunjungi pameran tersebut.
Ditargetkan, sedikitnya 15 ribu pengunjung akan datang menyaksikan pameran yang diadakan sekali delapan tahun itu. "Diharapkan melalui pameran tersebut masyarakat dapat menikmati wisata sejarah dan budaya, sekaligus memberi nilai positif ilmu pengetahuan," katanya.