Senin 12 Sep 2011 20:25 WIB

Islam akan Jadii Kekuatan Politik Utama di Uzbekiststan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Krisman Purwoko
Muslim Uzbekistan
Foto: ddhongkong
Muslim Uzbekistan

REPUBLIKA.CO.ID,TASKENT--Pakar Geopolitik, Institut Studi Strategis Rusia, Adzhar Kurtov Islam akan menjadi kekuatan politik utama di Uzbekiststan. Namun, kekuatan politik yang dimaksud mengarah radikal."Setelah Uzbekistan merdeka, pemerintah menyatakan gerakan radikal menjadi ancaman utama kestabilan negara," paparnya seperti dikutip dari http://iwpr.net, Senin (12/9). 

 

Kurtov mengatakan Presiden Islam Karimov memahami situasi ini dengan baik. Karena itu, mereka menggunakan tindakan preventif dengan menutup setiap kesempatan kelompok radikal untuk tumbuh. Salah satu tindakan yang dimaksud memberlakukan paham sekularisme sebagai pijakan negara. "Itu tidak cukup, sebab masyarakat Uzbekistan tertarik dengan sendirinya untuk mempraktekan agama mereka diluar struktural negara," paparnya. Fakta tersebut, ungkap Kurtov, membuat dilema Karimov. Apalagi pengaruh Taliban dinilai sangat kuat. 

Pengaruh tersebut kian menjadi seandainya AS angkat kaki dari Afganistan. "Informasinya memang tidak cukup kuat untuk membuktikan apakah organisasi Taliban telah menyusup. Informasi ini perlu disikapi hati-hati," paparnya. 

Namun, tambah Kurtov, pengaruh penarikan pasukan AS akan menjadi resiko serius Uzbekistan. Terlebih, AS hingga peringatan satu dekade tragedi 9/11 belum juga mematahkan perlawanan Taliban. " Saya kira mungkin saja. Untuk itu, Karimov secara intensif melakukan kerjasama regional dan menghindari konflik serius dengan AS dan Rusia," paparnya. 

Yang pasti, kata Kurtov, uzbekistan tidak bisa lagi menghindar dari geliat kembali kepada Islam. Sebab, sekian puluh tahun masyarakat di kawasan ini mengalami sejarah pahit dimana identitas mereka terkubur."Secara umum, dapat saya katakan re-Islamisasi tidak bisa terhindarkan. Penganti Karimov kemungkinan besar merupakan generasi yang dibesarkan dalam sistem beda nilai. Jadi, re-Islamisasi Uzbekistan tidak terelakan," katanya. 

Sebagai informasi, 90 persen penduduk Uzkbekistan memeluk Islam. Meski masyoritas Muslim, negara ini menganut sistem sekuler selepas hancurnya emporium Uni Soviet diakhir 90-an. Serupa dengan pecahan Uni Soviet yang lain, Uzbekistan dipimpin oleh rezim otoriter yang mengekang kebebasan umat Islam. 

Situasi itu menumbuhkan pemberontakan dari kelompok Islam radikal. Konon, pertumbuhan organisasi radikal di kawasan Asia Tengah, mendapat pengaruh dari perjuangan kelompok Islam melawan penjajahan Uni Soviet di Afganistan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement