REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON - Tanpa sadar peran atlet AS beragama Islam memberi sumbangsih besar bagi geliat syiar Islam di negara itu. Sebab, selepas tragedi 9/11, hanya olahraga yang mampu meredakan kecurigaan dan prasangka terhadap komunitas Muslim Amerika.
Kulsoom Abdullah, atlet angkat berat dari Atlanta, adalah salah satu contohnya. Dari berbagai kesempatan lomba, ia mengalami penolakan lantaran mengenakan seragam yang tak lazim bagi seorang atlet. Meski demikian, ia mengaku tidak mengalami diskriminasi atau intimidasi oleh rekan-rekan seprofesinya.
Ia manfaatkan posisinya untuk memperkenalkan Islam. "Benar sekali. Berbagai kompetisi telah saya lalui. Saya merasakan interaksi yang hangat," paparnya seperti dikutip masslive.com, Senin (12/9).
Contoh lain, Husain Abdullah, pemain klub American Football Minnesota Vikings. Ia memanfaatkan posisinya guna memberikan informasi tentang Islam kepada rekan-rekannya. Menurutnya, cara itu sangat tepat guna memberikan pemahaman yang benar tentang Islam.
"Masyarakat belum memahami dengan baik tentang Islam. Tentu, sebagai Muslim, kita hanya berpikir mengalami diskriminasi,'' katanya. ''Tapi, sewajarnya kita coba jelaskan kepada mereka apa Islam itu."
Generasi Pendahulu
Hal serupa juga dilakukan Jackie Robinson. Sebagai pemain baseball, ia tahu betul olahraga bisa dijadikan sarana dakwah.
"Ketika anda berpikir tentang bahasa olahraga, ada semacam kesamaan dengan musik. Saya pikir mereka yang tahu dua dunia tersebut akan memahaminya dengan baik," katanya. "Olahraga merupakan sesuatu yang populer di negara ini. Anda seorang atlet dan anda akan terlihat di layar kaca. Setiap ucapan anda akan menjadi perhatian. Jika anda manfaatkan itu dengan maksud merubah kekeliruan, maka anda akan mendapati respon positif bukan negatif.''
Sebelum generasi Husaim, Kulsom atau Jackie, lebih dulu hadir seorang legenda bernama Muhammad Ali. Ia seorang legenda tinju dunia. Untuk dunia bakset, hadir sosok Karim Abdul-Jabbar. Tak terhitung prestasi yang diraihnya saat membela Milwaukee Bucks.
Dari kisah Muhammad Ali dan Abdul-Jabbar dapat disimpulkan mereka optimalkan prestasi, kemampuan dan identitas mereka untuk memperkenalkan Islam dengan caranya masing-masing. ''Setiap kali anda memiliki sesuatu yang merupakan ekspresi budaya, apakah itu seni atau olahraga atau politik, itu benar-benar membantu untuk mendobrak hambatan," kata Ibrahim Hooper, juru bicara Council on American-Islamic Relations.
Hambatan Tetap Ada
Diskriminasi tetap terjadi kendati usaha mereka untuk mengeliatkan syiar Islam terbilang berhasil. Namun, mereka tidak pernah mengira bahwa tragedi 9/11, terlepas dari kebenaran pristiwa tersebut, bakal memberikan perubahan bagi wajah komunitas Muslim AS.
Husain Abdullah mengatakan berbagai hal buruk terjadi setelah tragedi 9/11. "Saudara saya yang mengenakan jilbab terpaksa melepas jilbab mereka. Kalau mereka tetap memakainya, maka ia akan dipandang negatif," katanya.
Kulsoom Abdullah awalnya dilarang bersaing dalam kejuaraan tingkat nasional lantaran mengenakan jilbab. Ia lebih memilih kehilangan prestasi ketimbang keyakinan.
Namun, Kulsoom beruntung. Rekan-rekannya tidak mempersoalkan keyakinannya itu. Mereka hanya bertanya-tanya mengapa ia mengenakan jilbab saat berkompetisi. "Apakah anda tidak kepanasan," begitulah kira-kira pertanyaan yang terlontar.
Kulsoom mengatakan pertanyaan macam itu sering ia dengar. Tapi, pertanyaan itu tidak menyinggungnya. Baginya, pertanyaan rekan-rekannya itu masih dalam tahap wajar. "Ini pengalaman bagi saya. Tentu mereka ingin tahu apa yang saya kenakan," pungkasnya.