REPUBLIKA.CO.ID, MALANG – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur meresmikan berdirinya Lembaga Zakart Infaq dan Shadaqah (Lazismu), Sabtu (13/8). Lembaga tingkat provinsi ini akan mengkoordinasikan Lazismu yang ada di Kabupaten/Kota.
Wakil Ketua PWM Jatim, Nurcholis Huda, mengatakan sebagian besar Kabupaten/kota di Jatim telah membentuk Lazismu. Namun Lazismu tingkat provinsi baru terbentuk pada 2011 ini. "Sifat Lazismu PWM ini akan konsultatif koordinatif karena di tingkat daerah-daerah sudah ada," ujarnya.
Keberadaan Lazismu PWM tersebut nantinya diharapkan menjadi tempat berbagi kemajuan antar daerah. Sumber dana Lazismu, kata Huda, berbeda dengan yang ada di Kabupaten/Kota.
Sumber pendanaan Lazismu PWM berasal dari korporasi, baik milik warga Muhammadiyah maupun lainnya, melalui Corporate Social Responsibility (CSR) maupun social marketing. Selain itu, dapat berasal dari individu, hibah, serta sumber lain yang halal.
Lazismu memiliki strategi program yang ditempuh melalui empat langkah yang saling terkait yakni permodalan, pendampingan, perlindungan, dan pengembangan. Untuk operasional, Lazismu akan mengarahkan program yang langsung bisa diterapkan tetapi tidak dari mula.
"Misalnya, saat kita bekerjasama dengan perusahaan pembuat bakso, maka yang kita lakukan adalah menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk menjualnya. Bukan lagi mengajarkan bagaimana membuat bakso," kata Huda.
Program jangka menengah Lazismu ingin menciptakan social enterprise, badan usaha nasional. Lazismu akan dikelola layaknya perusahaan. Dalam kesempatan itu juga dilakukan penandatangan surat kesepahaman (Mou) antara Lazismu dengan pemilik Apotek Parahita, Sulthon Amien, Presiden Direktur PT Mina Laut, Muh Nadjih, serta Ketua Majelis Ekonomi PDM Magetan, Muhsinal Aini.