REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bengkulu Rusdi Syam mengimbau seluruh pemuka agama Islam di daerah itu untuk tidak memberikan ceramah yang bersifat provokatif. Tetapi harus mencerdaskan dan meningkatkan kualitas umat.
"Tujuan kita ulama adalah mencerdaskan umat dan meningkatkan kualitasnya, sebab jika menyampaikan ceramah yang bersifat provokatif dan adu domba itu bukan ajaran Islam," kata Rusdi dalam sambutannya pada pembukaan silahturahmi da'i se-Kota Bengkulu, Kamis (28/7).
Menurut dia, banyaknya ceramah yang bersifat sentimentil kelompok menjadikan Islam semakin terpuruk di pergaulan nasional dan internasional. Padahal Islam adalah berpotensi untuk menciptakan peradaban.
Da'i, lanjut dia, seharusnya menjadi ujung tombak umat dalam memutuskan dan menghadapi setiap masalah mengingat mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim. Jika pemahaman dan kesadaran ini telah tertanam di hati umat muslim maka MUI tidak perlu repot lagi untuk mengeluarkan fatwa haram terhadap sesuatu yang bertentangan dengan Islam.
Ulama menurutnya adalah rekan sekaligus kelompok yang dapat menjadi penasihat umat dan pemerintah, jika fungsi itu dilakukan maka akan muncul keseimbangan dalam demokrasi, dan juga Islam. Ia juga menambahkan untuk mendukung itu semua dibutuhkan pembinaan para da'i, dialog, dan kekompakan antarulama, apalagi ramadhan adalah momen yang tepat untuk itu.
Namun, katanya, Kota Bengkulu hingga saat ini masih kekurangan ulama dan da'i, sebab kini baru mempunyai 100 orang itupun tidak semua aktif, idealnya satu kelurahan terdapat satu hingga dua orang da'i. Karenanya, kaderisasi da'i sangat diperlukan di daerah ini sehingga perlu membentuk wadah silahturahmi secara rutin untuk mencari bibit baru da'i.