Kamis 21 Jul 2011 14:39 WIB

Grup Uighur: 20 Muslim Terbunuh dalam Kerusuhan Xinjiang

Muslim Uighur Cina
Foto: Islamicblog.com
Muslim Uighur Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Paling sedikit duapuluh Muslim dari etnis minoritas Uighur, Cina terbunuh pada Selasa, 19 Juli. Mereka adalah korban bentrok terkini dengan polisi di wilayah barat laut Xinjiang, demikian menurut grup Uighur dalam pengasingan.

Sebelumnya pemerintah Cina mengumumkan jumlah korban tewas dalam kerusuhan adala 18 orang.

"Otoritas Cina harus segera menghentikan penindasan sistematis untuk mencegah situasi kian memburuk," ujar juru bicara Kongres Uighur Duni, Dilxat Raxit, yang berbasis di Jerman dalam pernyataanya.

Grup tersebut mengatakan 20 terbunuh dan 70 ditahan ketika polisi melepaskan tembakan setelah  massa Uighur sekitar 100 orang turun ke jalan untuk protes terhadap penahanan para pria muda dari komunitas mereka.

Sekretaris jendral Kongres Uighur, Dolkun Isan, mengatakan penahanan itu dibuat ketika polisi keamanan melakukan tindakan keras di rumah-rumah warga Uighur. Pendukung para tahanan berkumpul di stasiun dan mendesak pemerintah lokal untuk melepaskan keluarga dan teman mereka," ujar Isa seperti dikutip oleh New York Times, Selasa.

"Namun pemerintah lokal menolak memberi jawaban. Massa pun marah dan menyerang kantor polisi dan beberapa orang dibunuh."

Mengutip beberapa sumber di Xinjing, Kongres mengatakan pasukan kamanan Cina memukuli 14 orang hingga tewas dan menembak mati 6 yang lain dalam kerusuhan. Namun versi resmi yang dikeluarkan pemerintah Cina jauh berbeda.

Pemerintah Cina menggambarkan even tersebut sebagai 'serangan teroris terorganisi' "Para perusuh membawa peledak dan granat. Mereka menyerbu ke kantor urusan industri dan perdagangan serta biro pajak yang dekat dengan pos polisi." ujar kepala kantor informasi, Hou Hanmin, seperti dikutip Global Times, tabloid populer yang dimiliki corong suara Partai Komunis Cina, People's Daily.

"Perusuh melukai dua orang di sana."

"Ketika mereka menyadari salah sasaran, mereka mulai menyerang kantor polisi mulai dari lantai satu hingga lantai dua di mana mereka juga mengusung bendera separatis," ujar Hou.

Pemerintah Cina mengklaim para 'penyerang' membakar kantor polisi sebelum membunuh para sandera saat berhadapan dengan polisi yang bersenjata.

Menghadang Jejaring Sosial

Menggunakan metode serupa yang digunakan saat kerusuhan tahun lalu, otoritas Cina menghadang pencarian terkait serangan dan kerusuhan lewat Sina Weibo, layanan mikrobloging mirip Twitter di Cina,

Ketika mengetik kata untuk "Kerusuhan Xinjin" dan 'Hotan', tampil sebuah halaman dengan kalimat berbunyi 'menurut undang-undang, hukum, dan kebijakan terkait, hasi pencarian tidak ditampilkan."

Hotan adalah kota berpenduduk 300 ribu orang. 88 Persen dari mereka adalah etnis Uighur, demikian menurut situs pemerintah lokal Hotan.

Bentrok pada Selasa lalu adalah kekerasan terburuk di Xinjiang yang dialami selama satu tahun terakhir. Pada Juli 2009, di Urumqi, ibu kota Xinjiang meletus kekerasan ketika sebagian besar Muslim Uighur melakukan penolakan terhadap pelarangan-pelarangan pemerintah Cina di kawasan tersebut.

Pada hari berikutnya massa yang marah dari etnis Han turun ke jalan-jalan untuk melakukan balas dendam yang memicu kekerasan etnis terburuk di Cina selama berdekade.

Dalam kerusuhan antaretnis itu hampir 200 orang tewas dan 1.700 terluka, demikian menurut catatan pemerintah. Namun Uighur mengonfirmasi korban meninggal jauh lebih tinggi dan terutama dari komunitas mereka.

Otoritas Cina menghukum sekitar 200 orang, sebagian besar Uighurs, dalam kasus tersebut dan menjatuhi 26 di antaranya hukuman mati.

Buntut kerusuhan itu, Cina kini memasang sekitar 17 ribu kamera pengintai (CCTV) di Urumqi. Xinjian adalah kawasan otonom sejak 1955, namun ia selalu menjadi subjek tindak kekerasan masif oleh pemerintah Cina.

sumber : Onislam.net
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement