Selasa 14 Jun 2011 18:35 WIB

Soal Jilbab, Malaysia Wajib, Sementara Indonesia Tergantung...

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
ilustrasi
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wajib atau tidaknya mengenakan jilbab bagi setiap perempuan Muslim berbeda antara satu negara dan negara lainya. Indonesia dan Malaysia misalnya, dua negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di Asia Tenggara juga memiliki pandangan berbeda soal pengenaan jilbab.

Hasil riset yang dipublikasikan Lembaga Survei Indonesia (LSI), Selasa (13/6) di Jakarta, menyebutkan keputusan mengenakan jilbab sepenuhnya tergantung dari perempuan. Hal itu terekam dalam hasil survei yang menyebutkan 20,8 persen Muslimah Indonesia menyatakan perempuan memiliki wewenang untuk menentukan mengenakan jilbab atau tidak.

Hanya 0,5 persen yang menyatakan mengenakan jilbab merupakan tanggung jawab dari ayah atau suami mereka. Hasil lainnya menyebutkan, semakin tinggi tingkat pendidikan Muslimah Indonesia, semakin kuat kecenderungan mengenakan jilbab tergantung dari Muslimah itu sendiri.

Hal serupa terjadi pada perempuan dengan penghasilan rendah yang mengatakan putusan mengenakan jilbab tergantung dari perempuan bersangkutan. Adapun alasan Muslimah Indonesia mengenakan Jilbab antara lain, 17,8 persen.

Muslimah Indonesia menyatakan bahwa jilbab melindungi perempuan dari sorotan laki-laki. Sementara 7,1 persen Muslimah mengatakan perempuan berjilbab terlihat lebih menarik. Di Malaysia, hasil riset yang dipublikasikan Merdeka Center for Opinion Research (MCOR) menyebutkan 70 persen dari Muslimah negeri Jiran itu menyatakan mengenakan jilbab merupakan kewajiban.

Semakin tinggi, tinggi tingkat pendidikan Muslimah Malaysia, semakin tinggi pula menjadikan jilbab sebagai sebuah kewajiban. Hanya 14,7 persen Muslimah Malaysia yang menganggap jilbab merupakan hak Muslimah bersangkutan.

Pandangan wajib ini, menurut MCOR, berasal dari tekanan yang kuat sedari awal terhadap Muslimah Malaysia saat mengenyam pendidikan dasar hingga menengah. Faktor penguat lain, pada tahun 1980-an, tren mengenakan jilbab di kalangan Muslimah Malaysia begitu tinggi. Kondisi itu tidak berubah meski terjadi pergeseran sosial yang mengacu ke arah yang lebih bebas.

Bahkan pengamatan MCOR, film-film yang dibuat pada 1950-an, yang menampilkan perempuan tanpa jilbab tidak dapat dibuat dengan gaya yang sama pada masa kini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement