REPUBLIKA.CO.ID, HO CHI MINH CITY - Muslim memang minoritas di Vietnam, namun sertifikasi halal diberlakukan ketat di negeri ini. Pasalnya, negeri yang perekonomiannya kini mulai menggeliat ini mulai menyasar ekspor ke negara-negara mayoritas Muslim, menyasar 1,83 miliar Muslim di seluruh dunia.
Mohammed Omar, auditor utama Badan Sertifikasi Halal Vietnam (Viet Nam HCA), mengatakan pasar halal global, memiliki nilai sebesar 2,77 triliun dolar AS.
"Sertifikasi halal adalah skema global untuk produk atau jasa. Ini adalah proses independen untuk memverifikasi bahan halal dan haram dan kondisi kemurnian diperlukan untuk memenuhi standar Quran dan Syariah," kata Omar.
Halal (diperbolehkan) dan haram (dilarang) adalah istilah-istilah universal diterapkan untuk semua segi kehidupan dan perdagangan. Syariah didefinisikan sebagai kerangka hukum di bawah hukum Islam.
"Produk halal adalah barang-barang yang diverifikasi untuk hanya memiliki bahan halal di dalamnya, dan memastikan kondisi murni tak tercemar haram selama produksi," kata Omar.
Berbicara pada lokakarya yang diselenggarakan kemarin di HCM City oleh EU-Viet Nam Multi- Proyek Bantuan Perdagangan bilateral (MUTRAP III) dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, ia menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran eksportir akan standar halal.
Omar mengatakan bahwa banyak orang tidak mengerti arti produk halal. "Muslim tidak makan babi, tapi produk halal bukan hanya non-daging babi saja. Mereka juga harus memenuhi persyaratan higienis dan keamananpangan," kata Ahmad Shanizam, konselor perdagangan di Konsulat Jenderal Malaysia di HCM City.
Shanizam mendorong usaha Vietnam untuk memahami persyaratan halal untuk meningkatkan ekspor ke pasar Muslim, yang meliputi Indonesia dan Malaysia di ASEAN, Arab Saudi, Kuwait, dan bahkan Amerika Serikat dan Inggris.