Senin 02 May 2011 19:58 WIB

Andalusia, Riwayatmu Kini

Andalusia, Spanyol
Foto: picturesspain.com
Andalusia, Spanyol

Sebenarnya ini cerita klasik yang sering terlupakan seiring dengan perkembangan zaman, Andalusia atau Spanyol saat ini lebih dikenal dengan kompetisi La Liganya, belum lagi dua klub raksasa dunia FC Barcelona dan FC Real Madrid yang banyak digilai pecinta bola, apalagi di tahun 2010 Spanyol berhasil menjadi Juara Dunia untuk kali pertama, spontan kisah Andalusia bisa lebih terkikis, alhasil dunia bola lebih sering di bincangkan oleh publik ketimbang keberhasilan Islam mewarnai Spanyol ratusan tahun silam.

Rasa penasaran menggiring hati ini untuk menyelami peradaban dan sejarah Islam lebih dalam, berawal dari perjalanan saya meninggalkan ibu pertiwi menuju negri di benua Afrika yaitu Maroko sambil mengikuti kilas balik sejarah. Walaupun selat menjadi pemisah diantara keduanya bukan menjadi penghalang untuk me-recover sejarah dan peradaban Islam di Andalusia yang kini menjadi warisan bersama umat Islam terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan afrika utara meliputi Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya dan Mauritania.

Jika kita bicara soal peradaban, jauh sebelum Andalusia sebenarnya sudah ada yang mengisi lembaran sejarah di muka bumi, berawal dari sejarah Peradaban Mesopotamia: 6000 SM – 1100 SM, Peradaban Mesir: 4000 SM – 343 M, Peradaban Yunani: 750 SM – 146 SM, Peradaban Romawi: 753 SM – 1453 M, kemudian Peradaban Islam: 622 M – 1924 M, itulah rangkaian singkat dari masa-masa peradaban.

Sejarah tidak banyak mencatat perihal keakuratan fase-fase sebelum peradaban Islam, karena belum adanya sistem sanad seperti di peradaban Islam, salah satu metode menjaga keaslian sejarah agar manusia tidak berkata sesukanya, bahkan sebelum Peradaban Islam, di kenal dengan masa kegelapan (The Dark Age) yang berlangsung hingga ratusan tahun sampai akhirnya di utus suri tauladan untuk menyempurnakan Akhlaq dan menjadi revolusi besar akan peradaban manusia menuju masyarakat madani (Civil Society) di bawah komando Rasulullah SAW.

Setelah itu ajaran Islam sebagai ideologi yang lurus mulai berkembang ke berbagai penjuru, di antaranya : negara-negara arab, teluk, daratan Afrika utara, Andalusia, dan belahan dunia lainnya. Islam menyentuh dunia termasuk Andalusia dengan bahasa Perubahan yang bermakna yaitu memanusiakan manusia dengan risalahnya yang jelas berupa ajaran Tauhid dan nilai-nilai luhur budi pekerti. Di masa-masa inilah Islam pernah mengukir prestasi di daratan Eropa dengan Andalusianya terhitung dari tahun 711-1492 M.

Sambil mengkaji artikel singkat ini, sejenak kita bayangkan fakta sejarah 13 abad silam, dibaca secara perlahan, dan di akhir tulisan kita bisa sama-sama mengambil pelajaran untuk di bandingkan dengan fakta di abad ke-21, sambil merenungkan sejenak cerita dari pejuang Islam Thariq bin Ziyad yang dengan menggeloranya beliau membakar semangat pasukan Islam. Kurang lebih sebanyak 7.000 prajurit dipimpinnya, mereka berasal dari suku Barbar (suku asli penduduk Maroko/Afrika utara) dan Arab. Mereka telah selamat dan tiba di dataran Andalusia. Mereka telah mengarungi selat yang memisahkan tanah Maroko di Afrika Utara dengan Eropa itu. Tanpa ragu sedikit pun Thariq memerintahkan untuk membakar kapal-kapalnya. Pilihannya jelas: terus maju untuk kejayaan Islam atau mati terhormat.

Pada cerita ini ada hal yang menarik yaitu soal pembakaran perahu yang di perintahkah oleh Thariq, disini terdapat perbedaan pendapat dikalangan sejarawan. Pada cerita lain dikisahkan atau ditulis secara umum, Thariq bin Ziyad tidak mungkin membakar perahu-perahu itu, dengan berbagai alasan:

1.Umat muslim dilarang untuk merusak barang yang masih bagus dan berguna

2.Thariq tidak mungkin merusak barang yang bukan miliknya. Karena perahu-perahu tersebut adalah milik tuan-nya (Musa). Apalagi pada perahu-perahu itu juga ada sumbangan dari pihak Andalusia yang tertekan dan minta bantuan.

Adapaun untuk kebenaran sejarah lebih lanjut kita butuh pembahasan lebih dalam dan intensif perihal keakuratan cerita dari sejarah Islam di Andalusia ratusan tahun silam.

Peristiwa di tahun 711 Masehi itu mengawali masa-masa Islam di Andalusia. Pasukan Thariq sebenarnya bukan misi pertama dari kalangan Islam yang menginjakkan kaki disana. Sebelumnya, Gubernur Musa Ibnu Nushair telah mengirimkan pasukan yang dikomandani Tharif bin Malik dan Tharif sukses dalam mengemban amanatnya. Kesuksesan itu mendorong Musa mengirim Thariq. Saat itu, seluruh wilayah Islam masih menyatu di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Walid dari Bani Umayah tanpa intervensi sedikitpun dari Bani Abbasiyah yang berpusat di Bhagdad ketika itu. Dan ini menjadi prestasi tersendiri bagi dinasti Umayah yang bisa menguasai Andalusia.

Thariq pun mencatat sukses seperti pendahulunya Tharif. Ia mengalahkan pasukan Raja Roderick di Bakkah dengan membawa risalah keIslaman tanpa paksaan untuk berpindah agama, karena sejatinya tujuan mereka berperang bukan untuk memaksakan penduduk Andalusia memeluk Islam, akan tetapi melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Imperium Barat, jika kita Komparatifkan sama halnya seperti perang antara pasukan Islam dengan pasukan Romawi yang menjadi adikuasa di zaman Rasulullah SAW.

Setelah itu Thariq maju untuk merebut kota-kota seperti Granada, Cordova dan Toledo yang saat itu menjadi ibukota kerajaan Gothik. Ketika merebut Toledo, Thariq diperkuat dengan 5.000 orang tentara tambahan yang dikirim Musa.

Akhrinya Thariq sukses. Bukit-bukit di pantai tempat pendaratannya lalu dinamai Jabal Thariq, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Gibraltar hingga sekarang. Musa bahkan ikut menyebrang untuk memimpin sendiri pasukannya. Ia berhasil merebut wilayah Seville dan mengalahkan Penguasa Gothic, Theodomir. Musa dan Thariq lalu bahu-membahu menguasai seluruh wilayah Spanyol selatan itu.

Pada 755 Masehi, Abdurrahman -keturunan Keluarga Dinasti Umayah (661-750 Masehi) yang lolos dari kejaran penguasa Abbasiyah-tiba di Spanyol. Perebutan kekuasaan dan persaingan tidak sehat menjadi isu sensitif kala itu karena ulah para elit dalam memperebutkan kursi panas dan puncak jabatan serta pembagian kavling kekuasaan.

Abdurrahman Ad-Dakhil, demikian orang-orang menjulukinya. Ia membangun Masjid Cordova, dan menjadi penguasa tunggal di Andalusia dengan gelar Amir. Keturunannya melanjutkan kekuasaan itu sampai 912 Masehi. Kalangan Kristen sempat mengobarkan perlawanan “untuk mencari kematian” (martyrdom). Namun Dinasti Umayah di Andalusia ini mampu mengatasi tantangan itu.

Abdurrahman kemudian menjadikan Andalusia sebagai pusat ilmu terpenting di daratan Eropa. Pada 912, tersiar kabar bahwa khalifah Abbasiyah di Baghdad tewas dibunuh, Ia lalu menggunakan gelar khalifah dan mendirikan Universitas Cordova dengan perpustakaan berisi ratusan ribu buku. Dalam catatan ini jika kita komparatifkan antara dinasti Umayah dan Abbasiyah, dinasti yang berusia paling panjang dalam sejarah Islam adalah Abbasiyah (750-1258 Masehi).

Hal demikian dilanjutkan oleh Khalifah Hakam. Pusat-pusat studi dibanjiri ribuan pelajar, Islam maupun Kristen, dari berbagai wilayah. Ladang-ladang pertanian Andalusia tumbuh dengan subur mengadopsi kebun-kebun dari wilayah Islam lainnya. Sistem hidraulik untuk pengairan dikenalkan. Andalusia inilah yang mendorong era pencerahan atau renaissance yang berkembang di Italia dan Negara-negara di Eropa umumnya. Bahkan ilmu-ilmu modern pun bermunculan di era Andalusia ini seperti Matematika, Fisika, Astronomi, dan disiplin ilmu lainnya.

Islam dan Ilmu Pengetahuan pada hakekatnya adalah ibarat dua muka dari sebuah koin. Islam yang murni mesti berlandaskan pada dasar Ilmu Pengetahuan yang valid, dan Ilmu Pengetahuan yang sejati selalu mengantarkan kepada kebenaran Islam yang universal. bahkan tokoh barat Dr. Maurice Bucaille menambahkan perihal kitab suci Umat Islam di dalam (La Bible, le Coran et la Science (1976): Al Qur’an sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains, namun bahwa Alkitab atau Bibel tidak konsisten dan penurunannya bisa diragukan.

Setelah Andalusia ada di puncak keemasan, munculah fase kemunduran dan Kekacauan. Diskursus para elit menjadi salah satu faktor utama dan terjadi setelah Hakam wafat, setelah itu kendali dipegang Manshur Billah seorang ambisius yang menghabisi teman maupun lawan-lawannya dengan menghalalkan segala cara. Kebencian masyarakat, baik Islam maupun Kristen mencuat. Situasi tak terkendalikan lagi setelah Manshur Billah wafat. Pada 1013, Dewan Menteri menghapuskan jabatan khalifah. Akhrinya Andalusia terpecah-pecah menjadi sekitar 30 negara kota.

Dua kekuatan dari negri seribu benteng Maroko sempat menyatukan kembali seluruh wilayah itu. Pertama adalah Dinasti Murabithun (1086-1143) yang berpusat di Marrakech. Pasukan Murabithun datang untuk membantu kalangan Islam melawan Kerajaan Castilla. Mereka memutuskan untuk menguasai Andalusia setelah melihat Islam terpecah-belah. Dinasti Muwahiddun, yang menggantikan kekuasaan Murabithun di Afrika Utara, kemudin juga melanjutkan kepemimpinan Islam di Andalusia (1146-1235). Di masa ini, hidup seorang pemikir besar yang banyak menafsirkan naskah Aristoteles yaitu ibn rusyd (filsafat). Ada juga ilmuan-ilmuan lainnya yang mempunyai pengaruh besar terhadap peradaban manusia seperti : al-Qurthubi, Qadhi Iyadl (Tafsir), Ibnu Abdil Barr (Hadits), Ibnu Khaldun (ilmu sosial), Ibnu Arabi (Tasawuf), Sahnun, Ibnu Hazm (Fiqh), as-Shathibi (Maqashid), as-Shathibi (Maqashid) dan lain-lain.

Episode akhir sejarah Islam di Andalusia

Pada 1238 Cordova jatuh ke tangan Kristen, lalu Seville pada 1248 dan akhirnya seluruh Spanyol. Hanya Granada yang bertahan di bawah kekuasaan Bani Ahmar (1232-1492). Kepemimpinan Islam masih berlangsung sampai Abu Abdullah. Kemudian dia meminta bantuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella untuk merebut kekuasaan dari ayahnya. Abu Abdullah sempat naik tahta setelah ayahnya terbunuh. Namun Ferdinand dan Isabella kemudian menikah dan menyatukan kedua kerajaan. Mereka kemudian menggempur kekuatan Abu Abdullah untuk mengakhiri masa kepemimpinan Islam sama sekali di bawah kekuasaan raja dan ratu Katolik tersebut.

Sejak itulah, seluruh pemeluk Islam juga Yahudi, dikejar-kejar untuk dihabisi sama sekali atau berpindah agama. Mega proyek Imperium Kristus dengan hegemoninya terhadap pemeluk Islam itu dibawa oleh pasukan Spanyol yang beberapa tahun kemudian menjelajah hingga kawasan Asia tenggara tepatnya di Filipina. Kesultanan Islam di Manila pun mereka bumihanguskan, seluruh kerabat Sultan mereka perangi.

Alhasil memasuki Abad ke-16, Tanah Andalusia yang selama delapan Abad dalam naungan Islam kemudian bersih sama sekali dari keberadaan Muslimin setelah ekspansi besar-besaran para penguasa barat dengan imperium kristusnya merebut Andalusia dengan mengakhiri cerita pada Tragedy Granada, dimana Umat Islam ketika itu dihabisi dengan kejam tanpa belas kasihan.

Cemerlangnya cerita Andalusia sebenarnya bukan hal baru, termasuk perpecahan dan kemunduran pasca kejayaan. Berkaca ribuan tahun silam Bani Israil bisa kita jadikan contoh relevan untuk dijadikan pelajaran berharga. Nabi Daud dan Sulaiman ‘alaihima as-salam mereka berdua sukses membawa Bani Israil kepada kegemilangan sejarah dan kemakmuran (fase keemasan). Setelah wafatnya Nabi Daud dan Sulaiman ‘alaihima as-salam, Bani Israil yang dulu kuat dan di puja-puja akhirnya menjadi kaum yang lemah dan mengalami perpecahan yang akhrinya dibagi menjadi dua kelompok :

1. Kerajaan selatan dengan Yerussalem sebagai ibukota di pimpin oleh Rahbaam (Rehabeam)-(913-930/31 SM).

2.  Kerajaan utara dengan Nabloes sebagai ibukota dan dipimpin oleh Yarbaam (Yerabeam)-(909/910-930/931 SM).

Mereka berdua adalah keturunan para pemimpin Bani Israil terdahulu. Rahbaam Putra Nabi Sulaiman ‘Alaihi as-salam menjadi penerus dari kepemimpin ayahnya, sedangkan Yarbaam enggan berjalan bersama dan lebih memilih menjadi Oposisi ketimbang koalisi dengan Rahbaam dalam memimpin Bani Israil, dari sinilah berawal perpecahan demi hasrat politik menuju kekuasaan dari kubu Yarbaam.

Faktor mendasar kemunduran Bani Israil

Terlena dengan kejayaan, perebutan tahta kekuasaan, maraknya kubu oposisi yang bersifat subyektif, perpecahan, hidup yang berfoya-foya, krisis moral, dan unsur duniawi lainnya menjadi faktor paling mendasar kemunduran Bani Israil. Setelah beberapa kurun dalam fase kemunduran, estafet kepemimpinan Bani Israil di teruskan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihima as-salam dengan membawa risalah ilahi, keduanya mampu mengeluarkan Bani Israil dari penindasan turun temurun di bawah kekuasaan sang diktator Mesir Fir’aun serta berhasil dengan taufik dari Allah ta’ala seperti yang diceritakan di banyak ayat dalam Kitab suci Al Qur’an. salah satunya di Surat Al A’raaf ayat 103-137 juz 9.

Tambuk kepemimipinan Bani Israil pun berganti seiring dengan wafatnya kedua utusan Allah tersebut. Yusha Bin Nun salah seorang murid kepercayaan Nabi Musa ‘alaihi as -salam yang akhirnya menjadi pemimpin Bani Israil membawa mereka ke Tanah sakral Palestina dan menetap di sana dalam jangka waktu yang lama. Yusha Bin Nun senantiasa membagi masa kepemimpinan Bani Israil menjadi 3 bagian : (1). Masa Pemerintahan, (2). Masa kerajaan/kejayaan, (3). Masa perpecahan.

Di bawah kepimimpinan nabi Daud ‘alahi as-salam awal masa pemerintahan, di teruskan nabi Sulaiman ‘alaihi as-salam dengan masa kejayaan, setelah mereka berdua wafat datanglah masa perpecahan seperti yang di ceritakan pada paragraf sebelumnya.

 

Guntara Nugraha Adiana Poetra

Lulusan Universitas Amerika di Kairo/Conversation Class tahun 2005

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement