REPUBLIKA.CO.ID, Bagi anda yang melakukan ibadah haji atau umrah, tentu akan menyempatkan diri untuk berkunjung ke tempat-tempat ziarah yang terdapat di sekitar kota Makkah atau Madinah. Salah satu tempat yang biasa atau dapat dikunjungi wisatawan atau peziarah adalah Madai'n Saleh, sebuah kota kuno yang terletak di Arab Saudi bagian utara.
Mada'in Saleh disebut juga Al-Hijr—atau Hegra dalam bahasa Yunani—terletak sekitar 1.400 kilometer sebelah utara Riyadh. Sebutan Al-Hijr digunakan hingga abad ke-14 M, dan sekarang lebih dikenal dengan nama Madai'n Saleh, menisbatkan pada Nabi Saleh as.
Mada'in Saleh dianggap sebagai salah satu kota yang paling penting dan kuno tertua di Arab Saudi. Situs bersejarah ini terletak di barat laut kota Al-Ula, dalam posisi strategis di salah satu rute yang paling penting pada masa perdagangan kuno. Kawasan ini menghubungkan selatan semenanjung Arab ke utara, seiring dengan majunya pusat ekonomi dan kebudayaan Mesopotamia, Suriah dan Mesir.
Mada'in Saleh ditandai dengan formasi bebatuan yang mengesankan, bukit-bukit pasir beragam warna, dari merah, kuning dan putih. Keindahan lanskap ini kian menarik seiring dengan menjulangnya bukit pasir keemasan yang membatasi semua sisinya. Luas Mada'in Saleh secara keseluruhan sekitar 4.010 hektar, yang terdiri dari berbagai kompleks pemakaman dan tempat tinggal. Pada 2008, UNESCO menyatakan Mada'in Saleh sebagai situs warisan dunia, yang pertama di Arab Saudi.
Pada abad ke-19, sebagai salah satu peninggalan arkeologi yang muncul di Timur Dekat, Mada'in Saleh mulai menggantikan Al-Hijr sebagai nama resmi. Walau dipercaya bahwa situs kaum Nabi Saleh memang ada di sini, namun potongan-potongan batu makam di Al-Hijr diukir bertahun-tahun kemudian oleh kaum Nabataea, sebuah peradaban Arab yang berbeda.
Kaum Nabataea adalah keturunan Arab yang menjadi kaya dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, khususnya antara Timur dan Romawi, kerajaan Yunani dan Mesir. Suku Nabataea dikatakan sebagai suku yang misterius, meskipun sebagian besar ahli sejarah menyebutnya termasuk ke dalam golongan bangsa Arab.
Sebelum Nabataea, yang mendiami Mada'in Saleh adalah kaum Tsamud, yang hidup antara zaman Nabi Nuh hingga zaman Nabi Musa as. Namun karena keterampilan mengukir bebatuan antara dua peradaban yang berbeda berada di satu lokasi, informasi yang muncul akhirnya menjadi kepercayaan bahwa kuburan Nabataea di Al-Hijr adalah merupakan tempat tinggal kaum Tsamud, kaum Nabi Saleh.
Padahal peradaban kedua bangsa ini dipisahkan jarak sekitar dua milenia. Sebagian teolog dan sejarawan percaya bahwa Nabi Saleh hidup sekitar 2.100 SM, sedangkan makam Al-Hijr baru dipahat oleh suku Nabataea pada abad ke-1 Masehi.
Menurut kitab suci Al-Qur'an, tiga milenium sebelum Masehi, situs Mada'in Saleh telah ditempati oleh suku Tsamud. Mereka adalah kaum yang menyembah berhala, di mana tirani dan penindasan menjadi lazim. Nabi Saleh as, sesuai dengan nama Mada'in Saleh, mengajak kaum Tsamud untuk bertobat dan menyembah Allah SWT.
Namun kaum Tsamud menolak, bahkan mereka meminta sang Nabi untuk memanggil seekor unta betina dari belakang bukit untuk membuktikan kebenaran dakwahnya. Nabi Saleh pun memanggil unta tersebut, tiba-tiba ia datang dari balik bukit. Unta itu dikirimkan Allah sebagai bukti kebenaran misi Nabi Saleh.
Walau demikian, hanya sebagian kecil saja yang percaya pada dakwah Nabi Saleh. Mereka yang ingkar malah membunuh unta suci itu, bukan merawatnya sebagaimana yang mereka pinta. Tiba-tiba betis unta itu berlari kembali ke balik bukit di mana ia datang seraya menjerit-jerit.
Kaum Tsamud diberi waktu tiga hari untuk bertobat sebelum hukuman datang. Namun mereka tetap saja bebal dan tak mengindahkan peringatan Nabi Saleh. Akhirnya, Nabi Saleh dan para pengikutnya pergi meninggalkan kota tersebut. Dan kaum Tsamud mendapatkan azab Allah—nyawa mereka melayang di tengah-tengah ledakan gempa bumi dan petir yang menyambar.
Situs arkeologi Mada'in Saleh terletak di lingkungan gersang, dan iklim yang kering. Hal ini memberikan gambaran tentang kuatnya daya tahan dan kehidupan suku Nabataea. Di dalam kitab Perjanjian Lama dan beberapa manuskrip tua, disebutkan bahwa di masa lalu kota ini bernama Dedan. Di kota inilah situs arkeologi Mada'in Saleh berada.