Selasa 05 Apr 2011 14:35 WIB

Pusat Kebudayaan Islam di London Barat Terancam Ditutup

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Pusat Kebudayaan Islam di Maida Hill, London Barat
Foto: Simon Crubellier/FIickr
Pusat Kebudayaan Islam di Maida Hill, London Barat

REPUBLIKA.CO.ID, MAIDA HILL - Pusat Kebudayaan Islam yang khusus memberikan pendidikan anak-anak di Maida Hill, London Barat terancam ditutup. Pasalnya, Dewan Kota Harrow Road, Westminster menolak perpanjangan perencanaan hak guna bangunan setelah izin penggunaan bangunan habis tahun ini.

Padahal komunitas Muslim yang beralamat di Saltram Cresent itu biasa menggunakan bangunan pusat kebudayaan Islam guna melakukan aktivitas keagamaan dan pendidikan. Keputusan untuk menolak perpanjangan itu disetujui 109 anggota Dewan Kota.

Putusan itu merujuk pada keberatan warga yang merasa keberatan dengan polusi suara yang disebabkan pengeras suara yang biasa digunakan untuk mengumandangan azan. Pertimbangan lain, keberadaan pusat kebudayan Islam di lokasi tersebut menyebabkan adanya kemacetan dan penuhnya tempat-tempat parkir.

"Kegiatan sudah dimulai pukul 03.30 pagi disaat saya beserta keluarga mencoba untuk tidur," komentar salah seorang warga lokal yang menolak disebutkan namanya kepada Hamhigh.co.uk, akhir pekan lalu.  Dia juga mengatakan di tempat itu saat lalu lintas tengah padat dipenuhi dengan anak-anak. Kondisi itu dianggap sangat membahayakan. "Kadang kala mereka memaksakan diri menyeberang jalan. Padahal itu sangat berbahaya .Ketika saya bertanya kepada mereka, saya justru mendapat jawaban yang tidak mengenakan," kata warga tersebut.

Dari pertimbangan Dewan Kota, lokasi tersebut sudah tidak layak dari segi kesehatan dan keselamatan. Belum lagi masalah kebisingan yang disebabkan oleh aktivitas keagamaan yang berlangsung.

Dewan Kota juga menyoroti kekhawatiran adanya benturan antara komunitas Muslim dengan warga setempat saat kegiatan keagamaan berlangsung di Pusat Kebudayaan. Apalagi warga setempat, menurut pengamatan Dewan Kota, sudah menyatakan kegiatan yang dilakukan melebihi "kebutuhan" yang seharusnya.

Meski begitu, tidak semua warga lokal setuju dengan penolakan izin penggunaan bangunan. Alasannya, kondisi itu tercipta lantaran ketiadaan lokasi alternatif di kawasan itu.  Menurut warga lokal yang tidak setuju dengan putusan Dewan Kota,  komunitas Muslim tidak mutlak disalahkan.

Sebab mereka tidak diberikan arahan oleh Dewan Kota sehingga bisa mencegah protes dari warga lokal. " Saya tidak bisa memahami bagaimana warga bisa bermasalah dengan keberadaan bangunan ini (pusat kebudayaan Islam). Padahal ada sekitar lima pub dekat sini yang menyebabkan gangguan yang lebih dari mereka," kata dia.

Wajar, kata warga tersebut, bila komunitas Muslim merasa tidak mengganggu warga setempat. Menurutnya, Dewan Kota harus lebih pro aktif dalam mengatur kebutuhan komunitas Muslim dan warga setempat. "Kita membayar pajak. Jika Dewan Kota tidak menyediakan apa yang seharusnya mereka berikan. Sudah tentu kami hanya akan bertindak sesuai dengan  kebutuhan sendiri," kata dia.

Salah seorang anggota Dewan Kota Harrow Road, Rush Bush mengatakan keberadaan bangunan itu sebenarnya memberikan kontribusi yang sangat positif. Mereka berusaha memastikan anak-anak untuk belajar bagaimana menjadi seorang Muslim di negara ini.

"Tapi menurut saya, bangunan itu berada di lokasi yang tidak pantas dan penolakan yang terjadi sangat tepat. Ada lokasi yang pantas untuk berkumpul, itu ruang sempit dan mereka layak mendapat lokasi lebih baik," kata dia.

Bush berjanji akan memberikan bantuan kepada komunitas Muslim untuk mendapatkan lokasi yang layak. Namun, usaha tersebut mungkin membutuhkan waktu.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement