Sabtu 19 Jun 2010 02:41 WIB

Mengapa Yahudi Kuat?

Rep: zaim uchrowi/ Red: irf
Komunitas Yahudi di Israel
Foto: ap
Komunitas Yahudi di Israel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--"Saya tahu mengapa Yahudi kuat.” Ucapan pascatindakan tiran Israel atas relawan untuk Gaza itu membuat saya menoleh. Ketika demi kebenaran politis semua memisah kan kelakuan Israel dengan Yahudi, ia justru menekankan faktor Yahudi, ia benar. Israel tak akan dapat dipisah dari Yahudi. Ia sebut ada dua hal yang menjadi faktor kekuatan Yahudi hingga berani mengabai kan dunia.

Faktor genetis tentu saja. Sebagai keturunan langsung para cicit Nabi Ibrahim mereka jelas berkualitas. Tapi, lebih dari itu, “mereka kaum yang biasa hijrah.” Lorong-lorong sempit di Cordoba Spa nyol membenarkan adanya ‘budaya hijrah’ Yahudi itu. Persis di sisi masjid Cordoba yang dibangun oleh Khalifah Abdurrahman I di abad ke-8 Masehi, perkampungan Yahudi atau Judeira berkembang.

Sebuah perkampungan lama yang hingga kini masih menyisakan rumah Maimonides, intelektual terbesar Yahudi yang banyak berinteraksi dengan pemikir besar Muslim Ibnu Rusyd. Di situ pula satu-satunya sinagog yang tersisa dari ’pembersihan Islam dan Yahudi’ di Spanyol berada.

Dalam riwayat disebutkan bahwa saat Tariq bin Ziyad sukses dalam misi tahun 710 M, di Andalusia sudah terdapat komunitas besar Yahudi , di samping komunitas Visi ghot serta Iberia. Sejarah hijrah Yahudi bahkan dapat dilacak dari masa yang sa ngat lama, seperti pada generasi pertama. Yakni, ketika anak-anak Israil (Nabi Yakub) pindah ke Mesir tempat saudaranya sempat mereka aniaya, (Nabi) Yusuf, menjadi wazir di sana.

Sekitar 800 tahun, Yahudi berjaya di Mesir sebelum kemudian Fir’aun memaksa mereka untuk kembali ke tanah Palestina. Serbuan Nebukadnezar dari Babilonia dan beberapa abad kemudian oleh Roma wi, memaksa Yahudi menyebar ke berbagai wilayah. Di Eropa selama berabad-abad mereka dalam tekanan karena dianggap bertanggung jawab atas kematian Yesus. Dalam kekuasaan Islam Andalusia, Yahudi sangat berjaya. Namun kemudian, di awal abad ke16, mereka dan warga Muslim di kejar-kejar dan dibantai di Spanyol. Di abad ke-20, Hitler menggenapi tekanan atas Yahudi.

Tak ada bangsa yang harus hijrah dan dalam tekanan seberat Yahudi. ‘Sunnatul lah’-nya, wajar bila kemudian tumbuh menjadi bangsa kuat, walaupun, kemudian menjadi semena-mena.. VOC yang meng awali penjajahan atas kawasan nusantara adalah Yahudi. Sistem ekonomi dunia saat ini dibangun oleh Yahudi. Raja dunia, Ame rika Serikat, tak lepas dari kendali Yahudi. Walaupun sukses Amerika sebenarnya ber akar pada semangat hijrah warganya yang berdatangan dari Eropa sejak abad ke-18 untuk mencari peruntungan di tanah baru.

Hijrah sebagai kunci pembangun kekuatan bukan monopoli Yahudi, melainkan prinsip umum. Kebangkitan Cina sekarang an tara lain juga merupakan hasil peran para Hoakiau atau Tionghoa perantauan. Sejarah panjang bangsa Han juga penuh dengan di namika hijrah dan petualangan di daratan Asia, mulai dari ekspedisi Zhang Qian di abad ke-2 sebelum Masehi, hingga ekspedi si laut oleh Cheng Ho di abad ke-13.

Pertumbuhan ekonomi India sekarang merupa kan hasil dari diaspora warganya di seluruh dunia. Hampir tak ada lembaga penting in ternasional, baik badan-badan PBB maupun korporasi, yang tanpa warga India. Mereka bergerak untuk menjadi warga dunia, dengan

tetap menggenggam erat budaya sendiri.

Dalam sejarah masyarakat Quraish, arti penting hijrah dan ekspedisi untuk membangun kekuatan dan kemakmuran sudah ditunjukkan oleh Hasyim. Moyang Nabi Muhammad SAW. Dari Syria hingga Yaman merupakan wilayah jelajahan mereka. Nabi juga membangun kekuatan dan peradaban Islam melalui Hijrah di tahun 622 masehi, dan disusul dengan ekspedisi-ekspedisi ke berbagai kawasan mulai dari Ethiophia, Romawi, hingga Persia. Saat ini semangat hijrah dan eskpedisi di kalangan umat ini sudah sangat lemah. Wajar bila lalu menjadi umat yang lemah dan miskin. Umat, bahkan ulama, lebih sibuk mengkritisi satu sama lain atas nama agama.

Dalam sejarah nusantara, kekuatan dan kemakmuran juga dibangun dengan hijrah dan ekspedisi. Itu dimulai dari masa yang sangat lama, bahkan sebelum Sriwijaya yang di abad ke-8 sudah berdagang hingga Jepang. Majapahit dan kemudian kerajaankerajaan Islam seperti Samudera Pasai, Demak, Gowa hingga Ternate membangun peradaban dengan hijrah dan ekspedisi bisnis.

Semangat seperti itu sekarang jauh dari kuat. Ada jutaan TKI kita bekerja di luar negeri. Namun, umumnya baru sebatas mencari kerja sesaat, dan belum mengusung semangat hijrah. Iklim politik dan ekonomi kita juga tak mendorong "orientasi keluar". Kita umumnya sudah mapan dengan keadaan sekarang yang sepertinya hangat namun melemahkan.

Kita boleh saja mengeluh atas Israel (atau Yahudi) yang semena-mena. Tapi, bukankah lebih penting untuk membuat diri lebih kuat sebagaimana mereka memperkuat dengan semangat hijrah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement