Jumat 23 Dec 2016 12:50 WIB

PKPU Distribusikan 17 Ton Paket Makanan di Rohingya

PKPU mendistribusikan bantuan untuk pengungsi Rohingya.
Foto: PKPU
PKPU mendistribusikan bantuan untuk pengungsi Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Masih berlanjutnya konflik bersenjata di distrik Maungdaw, utara propinsi Rakhine, Myanmar membuat kehidupan para pengungsi Rohingya di kota Sittwe menjadi tidak menentu. Pihak keamanan semakin memperketat penjagaan di camp yang dihuni lebih dari 150 ribu orang. Para pengungsi ini adalah yang terdampak akibat konflik komunal antara komunitas Rakhine dan Rohingya sejak tahun 2012 silam.

Tim Lembaga Kemanusiaan PKPU pada hari Senin dan Selasa (19-20 Desember) mengunjungi desa-desa Rohingya di camp pengungsian Shi The Mar Gyi di Sittwe, Provinsi Rakhine untuk mendistribusikan 17 ton paket makanan bagi 500 keluarga. Paket makanan ini terdiri dari 25 kg beras, kentang, cabe, kacang-kacangan dan minyak sayur. Distribusi dilakukan di dua desa bertetangga yang mayoritas dihuni oleh etnis Rakhine Buddhist dan Rohingya Muslim yaitu desa Pin Laybyin new village (Rohingya) dan Pin Laybyin (Rakhine).

Koordinator Program PKPU untuk Myanmar Deni Kurniawan mengatakan pendistribusian dilakukan di 2 desa bertetangga sebagai upaya menjaga keharmonisan dan komunikasi diantara kedua belah pihak. “Bantuan yang diberikan tidak hanya menyasar kepada warga Rohingya, namun juga kepada komunitas Rakhine yang ikut terdampak akibat konflik. Mereka semua membutuhkan bantuan dan pendampingan. Semoga upaya ini menjadi bagian dari solusi konflik di provinsi Rakhine,” ujarnya.

Para pengungsi di pusat pengungsian Sittwe selama 4 tahun ini sangat tergantung kepada bantuan dari lembaga PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya. Militer Myanmar membatasi pergerakan para pengungsi dan mengawasi secara ketat aktivitas di dalam pusat pengungsian. Pos-pos keamanan tersebar di berbagai penjuru dan memeriksa setiap orang asing yang hendak masuk.

Militer Myanmar juga selama dua tahun belakangan ini telah membangun pagar-pagar kawat setinggi tiga meter dan pos-pos militer baru yang membatasi desa-desa dan pusat pengungsian Rohingya dengan dunia luar. Akibatnya para pengungsi Rohingya menjadi terisolasi dan membuat akses terhadap kebutuhan hidup dasar seperti makanan, layanan kesehatan, pendidikan dan lainnya 8menjadi sangat terbatas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement