Kamis 06 Sep 2018 21:30 WIB

DD: Ketelatenan dan Ketekunan Kunci Pemberdayaan Peternak

Pola teknik ternak dan kesehatan sebagai ilmu dasar yang harus dipahami peternak.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agus Yulianto
Wakil Redaktur Pelaksana  Harian Republika, Heri  Ruslan, Mitra Peternak Malang, Ustaz Zain, Praktisi Ternak, Syaiful, Manajer Ekonomi Mitra Dompet Dhuafa Kamaludin (kiri ke kanan) dalam diskusi publik Kurbanesia Bangkitkan Kemandirian Peternak Indonesia di Jakarta, Kamis (6/9).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Wakil Redaktur Pelaksana Harian Republika, Heri Ruslan, Mitra Peternak Malang, Ustaz Zain, Praktisi Ternak, Syaiful, Manajer Ekonomi Mitra Dompet Dhuafa Kamaludin (kiri ke kanan) dalam diskusi publik Kurbanesia Bangkitkan Kemandirian Peternak Indonesia di Jakarta, Kamis (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Supervisor Program Peternakan Dompet Dhuafa Syaiful menyebut, ketelatenan dan ketekunan menjadi kunci dan modal dalam melakukan pemberdayaan terhadap peternak. Para peternak yang dibina oleh Dompet Dhuafa, rata-rata memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga butuh kerja ekstra untuk membimbing mereka.

"Ketelatenan itu diperlukan karena mereka juga pendidikannya minim. Sehingga dalam program pemberdayaan yang kita buat kita siapkan satu tenaga kita untuk membimbing satu kelompok peternak," ujar Syaiful saat melakukan diskusi di Resto Rb. Co, Jalan Taman Margasatwa, Jakarta Selatan, Kamis (6/9).

Setiap sebulan sekali, tiap kelompok peternak mengadakan pertemuan gabungan. Dalam pertemuan ini para peternak bebas saling berbagi cerita dan masalah yang dihadapi untuk dipecahkan bersama dan saling memotivasi.

Beberapa pelatihan dan bimbingan yang diberikan kepada peternak oleh DD antara lain pelatihan kesehatan dan reproduksi ternak serta pakannya. Pola teknik ternak dan kesehatan dinilai sebagai ilmu dasar yang harus dipahami oleh peternak yang rata-rata dhuafa atau mustahik ini.

Selain menambah ilmu tentang ternak, kemampuan dan kapasitas dari pribadi sang peternak pun ikut dilatih. Utamanya dalam hal bersosialisasi dan menunjang ilmu agama mereka.

Setiap peternak memiliki target agar mereka bisa dikatakan mandiri, setidaknya satu hingga dua tahun. Seorang peternak dapat dikatakan siap atau mandiri ketika di akhir program terjadi peningkatan pendapatan sebesar 1,5 upah minimum (UMK).

"Dari program yang kita punya, Mustahik Menuju Muzaki (M3) targetnya satu sampai dua tahun. Perbulannya kita adakan perhitungan, jika ad apenurunan kita segera evaluasi dan cari permasalahannya dimana. Ketika dirasa sudah stabil dan terjadi peningkatan 1,5 UMK namun belum akhir program, peternak ini bisa saja kita katakan sudah mandiri," katanya.

Meski sudah dikatakan mandiri, bukan berarti Dompet Dhuafa menjadi lepas tangan. Akan selalu diadakan evaluasi secara kapasitas dan hasil ternak.

Mitra atau peternak yang bekerja sama dengan DD pun dibagi menjadi dua, ada yang dikelola sendiri dan ada yang terbuka. Terbuka disini berarti berasal dari suatu lembaga yang bekerja sama dengan DD, atau sub-mitra.

Untuk menjadi mitra DD ada tiga cara. Cara pertama DD sendiri yang menyisir dan mencari peluang peternak dan cara kedua dari pengajuan sendiri oleh peternak. Nantinya akan dilakukan studi kelayakan wilayah dan studi kelayakan mitra untuk menentukan apakah wilayah dan pelaku ini cocok dengan ketentuan yang DD miliki.

Jika dirasa di wilayah tersebut tidak cocok atau ternyata sudah ada mitra DD, maka permohonan dari peternak bisa gagal. Pun termasuk jika dilihat mitra yang ingin bergabung sudah berada dan bisa berjalan sendiri, DD akan menolak permohonannya.

"Kalau ada yang mengajukan, kita sisir wilayah dan latar belakang peternaknya. Ada studi kelayakan wilayah dan mitra. Nanti kita adakan pelatihan berkala. Dan kita juga tidak mau memaksa, sesuai passion dan keinginan dari pelaku saja," ucap Syaiful.

Selain dua cara tadi, cara ketiga yaitu dengan menjadi sub-mitra yaitu bergabung komunitas atau lembaga yang sudah bekerjasama dengan DD. Namun jika dengan cara ini DD tidak bisa membimbing secara langsung.

Salah satu mitra yang telah merasakan manfaat dari program Tebar Hewan Kurban (THK) dan M3 Dompet Dhuafa adalah Zain. Ia merasa yang awal tidak tahu teknik bahkan cara memegang hewan kurban atau ternak, kini lebih terbiasa dan merasakan manfaat dibidang ekonomi khususnya.

"Dengan ada program ini, terasa manfaatnya. Kita juga ada kepastian jaminan pasar dan harganya yang di atas pedagang lain utamanya saat hari raya kurban," ujar Zain.

Awalnya, Zain hanya memegang dua ekor kambing. Namun kini, peternakannya mampu menampung hingga 400 ekor kambing. Ia merasa memiliki manajemen yang lebih tertata baik dari segi perputaran ekonomi maupun program hewan kurban.

Zain juga menyebut manfaat pemberdayaan peternak ini tidak hanya dinikmati keluarganya maupun pesantren yang ia kelola. Masyarakat sekitar bisa ikut bergabung dan mendapat dampak ukhuwah dari program ini.

"Manfaatnya tidak hanya dinikmati keluarga dan pondok, tapi sekitar wilayah. Kita dipercaya mendapat hibah tanah senilai Rp 18 miliar untuk dikelola dalam pembiakan hewan kurban. Ini sangat membantu untuk aspek ekonomi," lanjutnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement