Rabu 13 Jun 2012 12:43 WIB

Maulana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani: Tasawuf Adalah Zikir (2)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Heri Ruslan
Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani
Foto: naqshbandi.org
Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani

REPUBLIKA.CO.ID, Lalu, mengapa banyak penggunaan simbol-simbol dalam tasawuf?

Kita tidak pernah bersinggungan dengan simbol dan istilah-istilah itu. Tanyakan kepada mereka yang melontarkan. Prinsip kita selaras dengan syariah. Tiap hal yang keluar dari syariah, kita tolak, baik dalam tarekat Naqsyabandiyah maupun mayoritas tarekat yang pernah ada. Perkara yang sesuai syarat sebagaimana berlaku di empat mazhab, maka kita sambut. Jangan berbicara dengan saya tentang wihdat al-wujudIbnu Arabi ataupun teori-teori teosofi lainnya. Kita tidak terima!

Dalam bertasawuf dituntut keberadaan mursyid, menurut Syekh?

Siapa yang bilang ada tuntutan itu. Keberadaan mursyid bukan syarat utama bertasawuf. Sangat mungkin Anda bertasawuf dengan menyucikan dan memperbaiki akhlak Anda tanpa bimbingan syekh. Kecuali, jika kondisi memang mendorong Anda untuk mengikuti seorang syekh, seperti khawatir tergelincir, dalam keadaan seperti ini sebaiknya Anda mengikuti dan bertaklid kepada syekh, baik dalam amalan maupun wirid-wirid.

Jika tidak, tempalah diri Anda sendiri dengan akhlak-akhlak yang mulia. Tetapi, coba Anda renungkan hikmah di balik Allah mengutus Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullah. Mengapa harus melalui Jibril? Apakah Allah tidak mampu, sampai mesti menempatkan Jibril sebagai perantara? Bukankah Allah pernah secara langsung berbicara kepada Musa AS?

Ada satu pelajaran yang hendak Allah sampaikan, jika ingin konsisten dan berkomitmen, laksanakan ajaran agama dan ikutilah sosok yang dapat dijadikan sebagai pembimbing. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dalam soal wahyu ataupun tatkala hijrah ke Madinah. Beliau meminta Abu Bakar as-Shiddiq untuk mengarahkan jalan. Terlebih dengan masalah penempaan spiritual. Dalam kondisi tertentu sangat memerlukan pembimbing karena dinamikanya sulit dan berliku. Alangkah lebih baik dan berhati-hati jika Anda berguru kepada seorang syekh. Tugas syekh adalah membimbing dan mengarah kan. Tidak lebih dan tidak kurang.

Bagaimana Syekh memaknai zuhud dalam konteks kekinian?

Zuhud saat ini bisa kita maknai dengan menahan diri dari segala bentuk akhlak yang tercela. Zuhud dari segala apa yang dilarang oleh Allah. Berzuhudlah dalam hal itu. Zuhud yang hakiki ialah zuhud dengan pengertian ini. Jangan ikuti perbuatan-perbuatan mungkar. Lakukan amalan-amalan terpuji dan perbuatan yang diperintahkan.

Tak sedikit orang yang memahami zuhud adalah meninggalkan dunia lalu menyendiri ( uzlah) di tempat sepi. Zuhud yang utama justru adalah berinteraksi dengan sesama manusia sembari terus berzikir kepada Allah. Zuhud seperti ini jauh lebih bermanfaat bagi Anda dan mereka. Pemahaman zuhud yang menafikan kehidupan dunia adalah distorsi yang berusaha dimasukkan di luar pegiat tasawuf. Padahal pada intinya, zuhud adalah meninggalkan larangan dan menjalani perintah.

Perbincangan terhenti sejenak. Seorang pengikut tarekat Naqsyabandiyah dari Sukabumi, Jawa Barat, bertandang ke Syekh. Tujuan kedatangannya untuk meminta sanad tarekat yang ia tekuni. Tanpa berpikir panjang, Syekh pun lantas memberikan sanad dan izin untuk menyebarkan tarekat Naqsyabandiyah di wilayahnya. Belum lama tamu tersebut beranjak, sepasang calon suami istri yang berencana melangsungkan pernikahan pada bulan haji mendatang meminta nasihat kepada Syekh. Syekh lalu memberi petuah bijak tentang kunci keluarga sakinah. “Jangan bertengkar,” ujarnya. Perteng karan hanya akan membuahkan kebencian. Dalam keluarga kedua pasangan adalah mitra, tempat saling berbagi. Berbagai masalah diselesaikan dengan arif, tanpa mengedepankan ego dan emosi masing-masing. “Terapkan agama dalam keluarga,” imbuh Syekh.

Suasana hikmat itu berganti ceria dan kebahagian. Sosok alim Syekh menyimpan sisi manusiawi yang humoris. Sutradara dan artis kawakan, Dedy Mizwar, menyusul kemudian untuk menghadap dan berbincang dengan Syekh. Syekh melontarkan humor ringan, tapi memberikan wawasan dan pengetahuan. Syekh menguraikan asal kata Mizwar. Menurut etimologi bahasa Arab, berikut kata-kata yang hampir berdekatan dengan kata Mizwar. Mizwar berarti orang yang suka berkunjung atau bepergian. Sedang miswak adalah orang yang suka bersiwak. Adapun Mizwar bermakna orang yang suka kawin. “Manakah nama Anda,” seloroh Syekh yang diikuti tawa para tamu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement