Sabtu 14 Apr 2018 15:04 WIB
Kisah Tarhim, Shalawat Penuh Kerinduan (Bagian III)

Dari Yasmara, Shalawat Tarhim Melegenda

Shalawat Tarhim yang didaraskan Syekh Al-Husary dan bacaan surah pendek dari radio

Masjid Sunan Ampel
Ilustrasi speaker masjid.

Mulanya, radio tersebut hanya menyasar masjid-masjid di Kota Surabaya saja. Pada 1974 bahkan antenanya pun masih memanfaatkan tiang bambu yang dilengkapi penangkal petir. Kemudian, pada 1976, jangkauan Radio Yasmara ditingkatkan sehingga lebih luas, dan disepakati menjadi radio dakwah Muslim.

Tentunya, dengan ciri khas mengumandangkan lantunan Shalawat Tarhim, diiringi bacaan surat-surat pendek sebelum tiba waktu Shalat Subuh. Masjid-masjid yang tertarik me-relay Shalawat Tarhim dan bacaan surat pendek pun terus bertambah. Seluruh masjid di Jawa Timur yang menangkap siaran Radio Yasmara melakukannya.

Melihat antusiasme takmir masjid yang ingin me-relay siaran Radio Yasmara membuat pengurus masjid itu menyepakati satu hal. Yakni mengumandangkan shalawat dan lantunan ayat Alquran menjelang lima waktu Shalat Fardhu. Meskipun, bukan selalu Shalawat tarhim dan bacaan surat-surat pendek yang dikundangkan sebelum Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.

"Ada Shalawat Syiir tanpa waton atau biasa dikenal dengan Shalawat Gus Dur. Kemudian bacaan ayat Alqurannya ada Surah al-Hujurat, ar-Rahman, Yaasin dan sebagainya," kata Mansyur.

Mansyur mengiyakan, lantunan Shalawat Tarhim dan bacaan surat-surat pendek yang biasa dikumandangkan sebelum Shalat Subuh berasal dari Mesir. Meskipun, Mansur tidak bisa menjelaskan menapa file tersebut bisa sampai ke Surabaya, dan siapa yang membawanya ke sana.

"Itu kan sudah sejak tahun 1974, saya tidak ingat. Itu saya masih kecil," ujar pria 60 tahun tersebut.

Direktur Radio Yasmara Djoko Sumerno menjelaskan, saat ini Radio Yasmara jangkauannya sudah lebih luas. Yakni bisa menjangkau hingga Probolinggo, bahkan sebagian kecil Banjarmasin. Apalagi, Radio Yasmara berada pada gelombang radio AM yang meski mudah kena gangguan jangkauan frekuensinya jauh lebih luas ketimbang FM. Artinya daerah-daerah di pesisir pantai bisa lebih mudah menjangkau siarannya.

Djoko mengiyakan, siaran lantunanan Shalawat Tarhim dan bacaan surat-surat pendek dari Radio Yasmara direlay oleh masjid-masjid yang terjangkau. "Bahkan itu kalau kita tidak mengudara karena ada gangguan atau ada kerusakan, takmir-takmir masjid itu pada nelpon menanyakan," ujar Djoko.

Dari Yasmara, tradisi memutar Shalawat Tarhim menjelang shalat subuh kemudian menular ke berbagai daerah. Masing-masing memutuskan sendiri-sendiri soal waktu pemutaran. Ada yang menguarkan sebelum azan Shalat Ashar seperti di Jawa Barat, atau sebelum azan Shalat Maghrib seperti di Yogyakarta dan Indonesia Timur. Mengapa lantunan shalawat singkat itu bisa demikian memikat?

Berita Sebelumnya:

Lantunan Syahdu Shalawat Tarhim, dari Kairo Hingga Solo

Menelusuri Jejak Shalawat Tarhim

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement