Jumat 08 Jul 2011 16:08 WIB

Wanita-Wanita Terkemuka: Asma’ binti Abu Bakar, Pemilik Dua Ikat Pinggang

Red: cr01
Ilustrasi
Foto: shanghai.cultural-china.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Asma' binti Abu Bakar adalah salah seorang wanita mulia yang turut serta dalam hijrah ke Madinah. Dia dikenal sebagai wanita terhormat yang menonjol dalam kecerdasannya, kemuliaan diri, dan kemauannya yang kuat. Ia dilahirkan pada 27 tahun sebelum Hijrah. Asma' lebih tua sepuluh tahun dari Aisyah Ummul Mukminin, saudara perempuannya. Dia juga saudara kandung Abdullah bin Abu Bakar.

Asma' binti Abu Bakar mendapat julukan "Dzatin Nithaqain" (Pemilik Dua Ikat Pinggang), karena dia mengambil ikat pinggangnya, lalu memotongnya menjadi dua. Kemudian yang satu dia gunakan untuk sufrah (bungkus makanan untuk bekal) Rasulullah SAW, dan yang lain sebagai pembungkus qirbahnya pada waktu malam, ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash- Shiddiq keluar menuju gua.

Penduduk Syam mengolok-olok Ibnu Zubair dengan julukan "Dzatin Nithaqain" ketika mereka memeranginya. Maka Asma' bertanya kepada putranya itu, Abdullah bin Zubair, "Mereka mengolok-olokkan kamu?"

Abdullah menjawab, "Ya."

Maka Asma' berkata, "Demi Allah, dia benar."

Ketika Asma' menghadap Al-Hajjaj, dia berkata, "Bagaimana engkau mengolok-olok Abdullah dengan julukan Dzatin Nithaqain? Memang aku mempunyai sepotong ikat pinggang yang harus dipakai oleh orang perempuan dan sepotong ikat pinggang untuk menutupi makanan Rasulullah SAW."

Asma’ telah masuk Islam sejak di Makkah setelah 17 orang lainnya masuk Islam sebelum dirinya. Dia juga ikut membai’at (mengucapkan janji setia) Nabi SAW dan beriman dengan apa yang diajarkan padanya. Imannya kokoh pengamalan Islamnya baik.

Di antara tanda keislamannya yang baik, suatu ketika Qatilah binti Abdul Uzza mengirimkan pada anak perempuannya, Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq—Abu Bakar telah menceraikan Qatilah pada masa jahiliyah—beberapa hadiah, kismis (anggur kering), mentega dan anting-anting. Namun dia menolak menerima hadiah yang diberikan dan tidak mengizinkan ibunya masuk ke dalam rumah.

Kemudian dia beranjak menuju Aisyah dan berkata, "Wahai Aisyah, tanyakanlah pada Rasulullah SAW tentang hal ini?"

Kemudian Rasulullah saw mengatakan agar Asma menerima hadiah itu dan mempersilakan ibunya masuk ke dalam rumah.

Abu Bakar pernah membawa seluruh hartanya ketika hijrah bersama Rasulullah SAW, yang berjumlah sekitar 5.000 atau 6.000 dirham. Kemudian kakek Asma', Abu Quhafah, datang kepadanya. Abu Quhafah adalah seorang tuna netra.

 

Abu Quhafah berkata, "Demi Allah, sungguh aku lihat dia (Abu Bakar) telah menyusahkan kalian dengan hartanya, sebagaimana dia telah menyusahkan kalian dengan dirinya."

Asma' berkata, "Sekali-kali tidak, wahai Kakek. Beliau telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita."

Kemudian Asma' mengambil batu-batu dan meletakkannya di sebuah lubang tempat biasanya Abu Bakar (ayahnya) menyimpan harta. Setelah itu, Asma' menutupinya dengan selembar kain. Ia kemudian memegang tangan kakeknya (Abu Quhafah) dan berkata, "Wahai kakek, letakkan tanganmu di atas uang ini."

Abu Quhafah meletakkan tangannya di atas kain itu dan berkata, "Tidaklah mengapa jika dia tinggalkan ini bagi kalian, maka dia telah berbuat baik. Ini sudah cukup bagi kalian."

Padahal sebenarnya, Abu Bakar sama sekali tidak meninggalkan apa-apa pada keluarganya. Tapi Asma' melakukan hal itu untuk menenangkan hati kakeknya.

Asma’ menikah dengan Zubair bin Awwam, seorang yang tidak mempunyai harta benda, tidak pula kekuasaan, atau sesuatu lainnya kecuali kudanya. Maka Asma' mengurus kuda itu, menyediakan makanan dan memberinya minumannya.

Suatu ketika Zubair bersikap keras terhadapnya, maka Asma' datang kepada ayahnya dan mengeluhkan hal itu. Abu Bakar berkata, "Wahai anakku, bila seorang perempuan mempunyai seorang suami yang saleh kemudian meninggal, dan si perempuan tidak lagi menikah setelahnya, keduanya akan dikumpulkan oleh Allah di surga."

Suatu saat, Asma mengunjungi Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, di rumahku tidak terdapat apa pun kecuali sesuatu yang diberikan oleh Zubair. Bolehkah aku memberikan (menyedekahkan) sesuatu yang sedikit itu kepada orang yang mengunjungi rumahku?"

Nabi SAW menjawab, "Berikanlah (bersedekahlah) sesuai kemampuanmu dan jangan menahannya agar tidak ditahan pula suatu pemberian terhadapmu."

Tentang kedermawanan Asma' ini, Abdullah bin Zubair (putranya) berkata, "Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma'. Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah, sesungguhnya dia suka mengumpulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul semua, dia pun membagikannya. Sedangkan Asma', dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya."

Asma' juga turut serta dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Zubair bin Awwam, dan menunjukkan keberaniannya. Dia membawa sebilah belati dalam pasukan Said bin Ash di masa fitnah, lalu meletakkannya di balik lengan bajunya.

Orang bertanya kepadanya, "Apa yang kau lakukan dengan membawa pisau ini?"

Asma' menjawab, "Jika ada pencuri masuk, maka akan kutusuk perutnya."

Asma’ meriwayatkan sekitar 58 hadits dari Rasulullah SAW, riwayat lain mengatakan 56 hadits. Bukhari dan Muslim sepakat terhadap 14 hadits. Sedangkan 4 hadits lainnya diriwayatkan oleh Bukhari sendirian, sedangkan Muslim juga meriwayatkan sejumlah yang diriwayatkan Bukhari. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa hadits-hadist Asma yang sudah ditakhrij mencapai 22 hadits. Di antara yang telah disepakati Bukhari dan Muslim sebanyak 13 hadits. Selain itu, Bukhari meriwayatkan 5 hadits dan Muslim meriwayatkan 4 hadits.

Asma' juga dikenal sebagai penyair dan pengarang prosa, mempunyai logika berpikir yang baik dan jelas. Ketika suaminya, Zubair bin Awwam, dibunuh oleh Amru bin Jarmuz Al-Mujasyi'i di Wadi As-Siba' (5 mil dari Basrah) ketika kembali dari Perang Jamal, Asma' melantunkan sebait syair:

Esok datang Ibnu Jarmuz dengan seekor kuda penuh semangat

Di hari kegembiraan meski tanpa nyanyian

Wahai Amru, bila kau perhatikan, tentu kau dapatkan

Jangan sembrono, hingga menggetarkan hati

Jangan kau biarkan tanganmu sembarangan

Karena ibumu akan kehilanganmu

Bila kau terbunuh, jadilah seorang yang muslim

Semoga terbebas dari siksaan yang telah dijanjikan

Dan ketika putranya, Abdullah bin Zubair, terbunuh ia berujar:

Tiada bagi kekuasaan Allah yang tidak mungkin terjadi

Setelah suatu kaum membunuh

antara zam-zam dan maqam Ibrahim

Mereka terbunuh oleh kekeringan yang mencekik

Membusuk, dengan berbagai penyakit dan kusta

Asma' mempunyai jiwa yang dermawan dan mulia tidak pernah menunda sesuatu hingga esok hari. Pernah suatu ketika dia jatuh sakit, kemudian dia segera membebaskan (memberikan) seluruh harta yang dipunyainya. Dulu dia pernah berkata  pada anak-anak dan keluarganya, "Berinfaklah kalian, dan bersedekahlah, dan jangan kau menunda keutamaan. Jika kalian menunda keutamaan, kalian tidak akan pernah mendapatkan keutamaan. Dan jika kalian memberi sedekah, kalian tidak akan kehilangan."

Kata-kata Asma' kepada putranya menunjukkan kepada kita tentang makna-makna yang luhur. Suatu saat putranya, Abdullah, datang menemuinya. Saat itu Asma' dalam keaadan buta dan sudah berusia 100 tahun.

Abdullah berkata kepada ibunya, "Wahai Ibu, bagaimana pendapatmu mengenai orang yang telah meninggalkanku, begitu juga keluargaku."

Asma' berkata, "Jangan biarkan anak-anak kecil Bani Umayyah mempermainkanmu. Hiduplah secara mulia dan matilah secara mulia. Demi Allah, sungguh aku berharap akan terhibur mengenaimu dengan baik."

Kemudian Abdullah keluar dan bertempur hingga ia mati terbunuh. Konon, Al-Hajjaj berkata kepada Asma' setelah Abdullah terbunuh, "Bagaimanakah engkau lihat perbuatanku terhadap putramu?"

Asma' menjawab, "Engkau telah merusak dunianya, namun dia telah merusak akhiratmu."

Asma' wafat di Makkah dalam usia 100 tahun, sedang giginya tetap utuh, tidak ada yang tanggal. Ia juga tidak pikun.

sumber : A'lamu An-Nisa' karya Abdul Badi’ Shaqar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement