Jumat 03 Jun 2016 05:59 WIB

Ilmu Memahami Alquran

Rep: C23/ Red: Achmad Syalaby
Anak-anak tuna netra mencoba membaca Alquran digital indek braille yang baru didapatkannya, dari Yayasan Baitul Al Khairiyah yang bekerjasama dengan Kuwait Internasional Bank Al Dawli via International Islamic Charitable Organization, di The Trans Luxury H
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Anak-anak tuna netra mencoba membaca Alquran digital indek braille yang baru didapatkannya, dari Yayasan Baitul Al Khairiyah yang bekerjasama dengan Kuwait Internasional Bank Al Dawli via International Islamic Charitable Organization, di The Trans Luxury H

REPUBLIKA.CO.ID, Alquran adalah kitab suci umat Islam. Segala tuntunan untuk berperilaku sudah termaktub dalam Alquran. Para ulama pun mencoba membuat sebuah ilmu untuk memahami lebih dalam kandungan ayat-ayat dalam Alquran. Ilmu tersebut disebut ulumul Quran.

Dalam ulumul Quran, diuraikan secara terperinci tentang berbagai hal yang berhubungan dengan ilmu dan penafsiran Alquran. Seperti metode dan bentuk penafsiran Alquran, hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya, termasuk sejarah tentang cara penerimaan wahyu tersebut oleh Rasulullah SAW, hingga proses pengodifikasiannya. 

Kendati menjabarkan berbagai ilmu tentang Alquran, penulisan ulumul Quran tidak dilakukan pada masa yang sama ketika Alquran diturunkan. Alquran ditulis dan dikumpulkan secara resmi pada masa Khalifah Utsman bin Affan RA. Sedangkan, penulisan ulumul Quran dilakukan selepas periode tersebut.

Hal ini karena pada masa awal Islam, pengetahuan mengenai seluk-beluk Alquran dan hal-hal yang berkaitan dengannya belum ditulis dan disusun dalam bentuk buku. Pengetahuan tersebut masih tersimpan dalam hati para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Ketika itu, para sahabat Nabi pun belum merasa perlu untuk menuliskan pengetahuan tentang Alquran. Hal ini disebabkan dua hal. Pertama, adanya larangan Nabi Muhammad untuk menuliskan sesuatu, selain Alquran. Kedua, bila memang ditemukan berbagai masalah yang berkaitan dengan Alquran, para sahabat cukup menanyakan hal tersebut langsung kepada Nabi.

Akhirnya, selepas wafatnya Nabi Muhammad, penulisan Alquran pun mulai dilakukan. Kekhalifahan Utsman bin Affan yang mulanya merintis pekerjaan ini.

Pada masa tersebut, usaha penulisan Alquran dengan mushaf yang baik dan benar sedang dicanangkan. Karena itu, untuk mempermudah pekerjaan tersebut, disusunlah suatu ilmu yang mengatur metode penulisan mushaf Alquran, yang disebut ilm ar-rasm al-Qurani atau ilm ar-rasm al-Utsmani.

Pekerjaan tersebut pun dilanjutkan pada masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib RA. Pada masa ini, dibentuk suatu ilmu yang membahas uraian kedudukan kata dalam Alquran. Ilmu tersebut diberi nama ilm i'rab Alquran.

Sedangkan pada masa Bani Umayyah, perhatian para sahabat mulai diarahkan untuk menyebarkan ulumul Quran dengan cara periwayatan dan pengajaran secara lisan. Usaha ini dipandang sebagai rintisan untuk melakukan penulisan ulumul Quran. Usaha yang sama dilakukan pula pada periode awal Dinasti Abbasiyah.

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement