Kamis 28 Feb 2013 08:02 WIB

Revolusi Musik Religi di Indonesia

Bimbo
Foto: Republika
Bimbo

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa

Jika menyebut revolusioner musik religi di Indonesia, maka Bimbo disebut-sebut kelompok musik yang paling pantas menyandangnya. Sebenarnya di era 70-an banyak bermunculan penyanyi yang membawaan nada dakwah dalam lagu mereka, sebut saja Rhoma Irama yang muncul pertama kali di tahun 1973 serta Nasida Ria di tahun 1975. Bimbo baru melahirkan musik religi di tahun 1976.

Meski demikian, Bimbolah yang pertama kali berani keluar dari pakem musik religi yang identik dengan gambus. Rhoma Irama beraliran musik dangdut tentu masih menggunakan gambus dalam aransemennya. Adapun Nasida Ria pertama kali muncul masih murni kasidah gambus, baru dalam perkembangannya kelompok yang terdiri dari sembilan personil santriwati ini menggabungkan gaya modern dan gaya Arab dalam lagu mereka.

Pada awal dibentuk, yakni di tahun 1967, Bimbo merupakan grup beraliran musik Latin. Mereka memiliki beberapa album berirama Latin diantaranya "Melati dari Jayagiri". Kemudian dalam perjalanannya, grup empat bersaudara ini mendapat pengaruh syair dari pencipta lagu Iwan Abdurrachman. Maka Bimbo pun beralih ke irama balada berpola minor dan bersyair puitis.

Mereka pun kemudian memilih nuansa religi. Lagu "Tuhan" menjadi lagu religius pertama yang ditulis kelompok musik tersebut. Masyarakat menyambut baik kehadiran Bimbo. Meski era terus berganti, lagu Bimbo masih sering diputar hingga kini.

Revolusi musik religi tersebut kembali terjadi di era modern dengan dipelopori grup band GIGI. Memasuki abad 21, musik religi tak lagi banyak dikumandangkan. Fenomena grup band dan pengaruh musik Barat dengan aliran-aliran musik baru bermunculan di tanah air. Generasi 70-an telah beranak cucu modern. Para musisinya pun tak melahirkan regenerasi.

Di bulan Ramadhan tahun 2004, GIGI yang digawangi Armand Maulana (vokalis), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bas) dan Gusti Hendy (drum) mengeluarkan album religi perdana bertajuk "Raihlah Kemenangan". Dalam album tersebut, GIGI mengaransemen ulang beberapa lagu religi Bimbo, diantaranya "Tuhan" dan "Rindu Rasul".

Selain lagu Bimbo, grup band yang dibentuk tahun 1994 tersbut juga mengaransemen ulang lagu "Ketika tangan dan kaki berkata" karya Taufik Ismail yang dinyanyikan Chrisye. Nuansa berbeda tentu amat sangat terasa ketika irama balada digubah oleh sebuah band beraliran pop rock.

Ditengah hingar bingar band yang dipenuhi lagu percintaan dan patah hati, GIGI mendobrak kembali revolusi musik religi seperti yang dilakukan Bimbo tiga dekade lalu. Mereka pun mendapat sambutan positif dari masyarakat.

Kemudian di bulan Ramadhan tahun-tahun berikutnya, GIGI tak pernah absen mengeluarkan album religi. Apalagi di album religi kedua mereka, sebuah lagu "Perdamaian" yang dipopulerkan Nasida Ria digubah dengan dahsyat oleh GIGI. Aransemennya begitu berbeda, tak ada lagi nada-nada lengkingan alat musik tradisional, semua digubah dengan dentuman musik pop rock modern. Lagu tahun 70-an ini pun kembali populer di kalangan pemuda karena dibawakan GIGI.

Musik religi ala GIGI ini pun mengambil banyak hati masyarakat. Hingga kemudian gaya GIGI ini ditiru sejumlah band, sebut saja Ungu, Armada, Seventeen, dan lain sebagainya. Sejak itu Indonesia diramaikan musik religi acap kali bulan Ramadhan tiba hingga kini. Meski mulai banyak persainga, GIGI tetap rutin mengeluarkan album religi, sebut saja "Pintu Sorga" di tahun 2006, "Jalan Kebenaran" tahun 2008, "Amnesia" tahun 2010, dan terakhir "Aku dan Aku" di tahun 2012.

Masih Musiman

Menurut Indriyana R. Dani dan Indri Guli dalam "Kekuatan Musik Religi", musik religi di tanah air masih perlu dieksplore. Mengingat kualitas musik religi masih belum mampu mendunia dibanding musik ciptaan musisi Barat. Pasalnya, musisi Indonesia dianggap belum terlalu serius dan hanya muncul musiman di saat Ramadhan saja.

"Musik religi ciptaan para pemusik kita hanya musiman. Kita beruntung memiliki grup Bimbo yang konsisten mencipta dan mendendangkan lagu dan musik religi, khususnya Islam. Pesan yang tersirat dan tersurat dalam syair-syair lagu ciptaan Bimbo mampu menyentuh hati dan pikiran penikmat musik," tulis mereka.

Jika dibandingkan dengan musik religi Barat dan Timur Tengah, lanjut mereka, maka Indonesia kalah pesat. Musik religi di AS, Eropa dan Timur Tengah sangat mengalami perkembangan. Salah satu contohnya dapat dilihat dengan adanya musik religi beraliran rap yang berkembang di AS. Cikal nakal lahirnya kelompok rap muslim tersebut ialah Nation of Islam, sebuah gerakan spiritual yang dipimpin Louis Farrakhan. "Disebut sebagai rap muslim karena fenomena musik baru ini menyuarakan nada yang pas, terutama untuk orang-orang Afrika-Amerika yang merupakan sepertiga dari jumlah Muslim di AS," ujar mereka.

Namun untuk meningkatkan kualitas musik religi Indonesia tidak lah mudah. Bahkan untuk melakukan pendataan perkembangan musik religi di Indonesia pun sangat sulit. Menurut Indriyana, selama ini tak pernah ditemukan data penjelasan kemajuan musik Islam tersebut. Padahal, jika melihat perkembangannya, telah banyak lagu-lagu religi yang dibawakan musisi tanah air. Akibatnya, potensi musik religi pun sulit dieksplore.

"Kita belum pernah mendapatkan data yang dapat menjelaskan perkembagan atau kemajuan musik bernapaskan agama di tanah air. Meski banyak pemberitaan atau telaah mengenai musik di Indonesia, namun pemberitaan lebih terfokus tentang sekitar hidup artis yang bersangkutan. Oleh karena itu, kita agak sulit memetakan potensi dan warna khas yang dianut oleh para musisi yang mengkhususkan diri pada aliran musik religi. Kebanyakan musik religi khususnya Islam, beraliran dangdut yang diwarnai musik khas india," tutur Indriyana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement