Rabu 26 Jun 2019 22:37 WIB

Era Kemajuan Islam di Cirebon pada Masa Sunan Gunung Jati

Islam di Cirebon berjaya pada masa Sunan Gunung Jati

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Peneliti Mauskrip, Mahrus sedang memeriksa manuskrip Cirebon di Berlin, Jerman.
Foto: Republika/Fuji E Permana
Peneliti Mauskrip, Mahrus sedang memeriksa manuskrip Cirebon di Berlin, Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Syekh Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati melekat dengan Cirebon. Beliau salah seorang wali yang memperkenalkan dan mengajarkan Islam dengan masif di wilayah Cirebon dan sekitarnya.

Sebelum Syekh Syarif Hidayatullah memperkenalkan dan mengajarkan Islam, sebenarnya sudah ada penduduk Cirebon yang memeluk Islam secara diam-diam dan terbuka. Pada era Syekh Syarif Hidayatullah, Islam lalu benar-benar berkembang dengan pesat.

Baca Juga

Dalam kajian peneliti manuskrip Nusantara, Mahrus, era Syekh Syarif Hidayatullah dapat dikatakan sebagai masa keemasan perkembangan Islam di Cirebon. Sebelum dipimpin Syekh Syarif Hidayatullah, Cirebon dipimpin Pangeran Cakrabuana (1447-1479) yang merintis pemerintahan berdasarkan asas Islam.

"Setelah Syekh Syarif Hidayatullah, pengaruh para penguasa Cirebon masih berlindung di balik kebesaran nama Syarif Hidayatullah," kata Mahrus saat berbincang-bincang dengan Republika.co.id di Bogor, Selasa (25/6) malam.

Dia mengatakan, salah satu di antara kontribusi Syekh Syarif Hidayatullah adalah menjadi salah seorang dewan Walisongo di Jawa. Syekh Syarif Hidayatullah mendapatkan tugas berdakwah di Cirebon (Jawa Barat), Banten, dan Sunda Kelapa (Jakarta).

Tugas tersebut dirumuskan seperti ini, Kanjeng Susuhunan ing Gunung jati ing Cirebon, amewahi donga hakaliyan mantra, utawi parasat miwah jajampi utawi amewahi dadamelipun tiyang babad wana. Artinya, Sunan Gunung Jati di Cirebon mengajarkan tata cara berdoa dan membaca mantra, tata cara pengobatan, serta tata cara membuka hutan.

Menurut Mahrus, perbedaan dengan para Walisongo lainnya adalah Syekh Syarif Hidayatullah selain sebagai ulama juga sebagai umara. Sebab Sunan Gunung Jati juga menjabat sebagai Sultan di Cirebon. "Sebagai bukti-bukti kejayaan kepemimpinannya antara lain Masjid Merah Panjunan (1480) dan masjid Agung Sang Cipta Rasa (1500)," ujarnya.

Dia menceritakan era Syekh Syarif Hidayatullah (1479-1568) memimpin Cirebon. Menurutnya, pada masa itu bidang politik, keagamaan dan perdagangan maju dengan sangat pesat. Pada masa itu pula berlangsung  penyebaran Islam ke Banten sekitar tahun 1525-1526 melalui penempatan salah seorang putra Syekh Syarif Hidayatullah bernama Maulana Hasanuddin. 

Kemajuan Islam pada era Syekh Syarif Hidayatullah tidak berhenti sampai terbentuknya pusat pemerintahan di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin yang terletak di Surosowan dekat Muara Cibanten, Banten. Pengembangan Islam juga dilakukan ke arah Priangan Timur, di antaranya ke wilayah Kerajaan Galuh sekitar tahun 1528, kemudian ke Talaga sekitar tahun 1530. 

"Jika dipetakan, wilayah perkembangan Islam pada era itu meliputi wilayah Indramayu, Karawang, Bekasi, Tangerang dan Serang di Banten," jelasnya. 

Mahrus mengatakan bahwa bukti-bukti kejayaan pada era Syekh Syarif Hidayatullah di Cirebon, selain terlihat dari sisi keagamaannya yang bersifat rohaniah seperti penyebaran Islam. Juga dapat dilihat pada perkembangan bangunan fisiknya seperti Tajug (Masjid), Keraton Pakungwati yang saat ini berada di Keraton Kasepuhan. 

Selain itu ada juga pelabuhan yang dulunya sebagai pusat perdagangan. Pelabuhan merupakan peninggalan Syekh Syarif Hidayatullah yang pernah menjadi bagian dari jalur sutra perdagangan dunia internasional. Pelabuhan Cirebon diduga berdiri seiring dengan kelahiran Cirebon pada 1371.

 Sebagai kota pantai, Cirebon merupakan pusat perdagangan untuk daerah sekitarnya. Cirebon juga menjadi kota pelabuhan alternatif terpenting di pantai utara Jawa setelah Jakarta dan Semarang. "Pelabuhan Cirebon merupakan pelabuhan yang memiliki peran strategis dalam hal perdagangan sejak masa Syekh Syarif Hidayatullah masih berkuasa," jelas Mahrus. 

Sejalan dengan bukti-bukti tersebut, Mahrus menerangkan, pemikir Aljazair, Malik Bin Nabi (1905-1973) dalam Syuruth al-Nahdlah berpendapat bahwa suatu peradaban Muslim tidak dapat bangkit kecuali dengan akidah keagamaan. Menurutnya, dalam konteks itulah Syekh Syarif Hidayatullah membangun peradaban Muslim di Cirebon. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement