Rabu 06 Feb 2019 19:35 WIB

Citra Masjid di Era Milenial

Generasi milenial sangat berpotensi menaikkan kembali kualitas dan peran masjid

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Andi Nur Aminah
Kegiatan remaja masjid (ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Kegiatan remaja masjid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Co-Founder dan Direktur Peace Generation Indonesia, Irfan Amalee mengatakan, banyak hal yang menyebabkan peran masjid semakin tergerus. Salah satunya adalah pasifnya upaya dewan kepengurusan masjid (DKM) untuk mengajak generasi milenial mencintai masjid.

Padahal, menurut Irfan, generasi milenial dapat sangat berpotensi menaikkan kembali kualitas dan peran masjid. Bukan hanya sebagai tempat ibadah namun juga pusat peradaban.

Menurut dia, DKM seharusnya dapat membungkus konten dengan lebih menarik agar mampu menarik minat para milenial untuk rajin ke masjid. Upaya yang dapat dilakukan, Irfan mengatakan, dapat dimulai dari perancangan program yang lebih santai dan cocok untuk anak muda. Atau dengan penataan masjid yang lebih nyaman dan cozy.

“Melalui pendekatan baru terhadap masjid ini, minat generasi milenial untuk rajin ke masjid akan lebih besar. Jadi bagaimana masjid menjadi magnet, bukan hanya sebagai tempat ibadah tapi juga sebagai tempat nongkrong yang positif,” kata Irfan.

Dia menyebut ini bedanya cara berfikir generasi kolonial dan generasi milenial. Kekakuan DKM dalam memilih konten, baik ceramah, taklim maupun lainnya juga dapat menjadi alasan enggannya kaum milenial mendatangi masjid. Kaum milenial, Irfan mengatakan, cenderung menyukai sesuatu yang santai namun berbobot, terbuka dan tidak kaku. Sikap inilah, yang menurut Irfan perlu diterapkan oleh para DKM.

“Cara berfikir kita tentang otoritas DKM perlu diubah, karena memang untuk menarik generasi milenial harus menggunakan cara lain. Dan kalau kita tau ilmunya, masjid akan menjadi sumber ekonomi yang sangat efektif,” kata dia.

Terkait besarnya penyebaran paham radikal di masjid-masjid, cara yang cukup bijak, menurut Irfan adalah bukan dengan mengkonter narasi radikalisme. Tapi mengubah masjid menjadi tempat diskusi yang asik agar sesuai dengan sikap para milenial. “Jadi bisa dengan mengajak milenial bekerja produktif di masjid, dan masjid dapat menarik minat untuk dikunjungi dan menjadi rumah dari ide-ide cemerlang yang terlahir disana,” ujar Irfan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement