Senin 28 Jan 2019 20:02 WIB

Menag Luncurkan Buku Serial Literasi Agama untuk Millenial

Buku tersebut diharapkan berkontribusi dalam menjaga dan membangun peradaban dunia.

Rep: Novita Intan/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meluncurkan buku serial Literasi Agama untuk Remaja, khususnya bagi kaum millenial. Buku tersebut berjudul Meyakini, Menghargai, dan Merayakan Keragaman.

Menag mengapresiasi kehadiran buku tersebut sebagai bagian dari upaya untuk terus menjaga ke-Indonesiaan yang religius. Buku tersebut juga diharapkan berkontribusi dalam menjaga dan membangun peradaban dunia.

Baca Juga

“Peluncuran buku ini, meski dimaksudkan untuk generasi muda, namun juga sangat penting untuk orang dewasa. Orang dewasa juga memerlukan informasi buku ini,” kata Menag dalam keterangan tulis, Senin (28/1).

Dia menjelaskan, buku ini membantu misi Kemenag dalam membangun kehidupan keagamaan, kerukunan, dan membangun kualitas pendidikan yang lebih baik. Menag menilai penerbitan buku ini, dari sisi waktu sangat tepat. Sebab, saat ini, lanjut Menag, kaum muda dan masyarakat Indonesia kekurangan bahan bacaan, yang bisa menjelaskan tentang keragaman dalam kehidupan keagamaan, yang pada akhirnya melahirkan kesadaran bahwa keragaman adalah kehendak Tuhan. “Semoga buku ini mengisi kekosongan yang ada pada kita,” kata Menag.

Menag berharap buku ini tidak hanya menjelaskan keragaman pada setiap agama. Tapi juga menjelaskan kenapa Tuhan menciptakan keragaman. Karena ini yang melandasi agar orang menjadi lebih rendah hati dalam beragama.

Menag mnejelaskan, penerbitan buku ini momentumnya sangat pas dalam konteks moderasi beragama. Kemenag juga dalam beberapa tahun terakhir terus mendorong gerakan Moderasi Beragama. Istilah ini yang terus disosialisasikan, agar pengamalan agama masyarakat Indonesia senantiasa berada pada jalur yang moderat.

“Agama itu sendiri tentu moderat, tidak berlebih-lebihan karena datang dari Tuhan. Tapi seperti tadi, pemahaman kita terhadap agama yang membawa kita pada pengamalan agama, boleh jadi kita terjerembab pada pengamalan yang berlebih-lebihan,” jelas Menag. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement