Senin 31 Dec 2018 00:23 WIB

Jepang Seriusi Gaet Wisatawan Muslim

Restoran halal dan hotel yang sesuai syariah Islam cukup mudah ditemukan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
Wisatawan Muslim dari Indonesia menikmati menu di salah satu resto halal Jepang.
Foto: Dok Adinda Azzahra
Wisatawan Muslim dari Indonesia menikmati menu di salah satu resto halal Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang tak main-main merealisasikan target menggaet wisatawan Muslim dunia. Gelombang kuat wisatawan Muslim membuat negera itu memiliki restoran halal dan hotel yang sesuai syariah Islam.

Dilansir di New Straits Times pada Ahad (30/12), sejumlah pengusaha mendirikan hotel ramah Muslim untuk memenuhi kebutuhan wisatawan Islam, termasuk di kaki Gunung Fuji. Selain itu, Bandara internasional di Jepang juga memiliki mushala dan menyediakan restoran yang menawarkan makanan halal. Saat ini, negeri matahari terbit itu merencanakan membuat bandara di Jepang lebih ramah Muslim.

Pada bulan lalu, Jepang mengadakan peragaan busana pertama bagi wanita Muslim. Acara itu diadakan bersamaan dengan kegiatan Halal Expo Jepang di Tokyo. Sekitar 10 merek, terutama dari Singapura memamerkan karya-karyanya dalam pameran tersebut.

Berkat peran media sosial dan tarif perjalanan udara yang murah dari Asia Tenggara, Jepang mampu merayu sejumlah wisatawan Muslim. Pada 2017, hampir 360 ribu turis Indonesia mengunjungi negara itu. Jumlah tersebut naik dari hanya 80 ribu pada 2010.

Saat ini, sejumlah hotel di negara itu memasang tanda arah kiblat di setiap kamar. Semua makanan Jepang disiapkan di dapur yang tersertifikasi halal. Sejumlah hotel juga dinyatakan bebas alkohol.

Sektor pariwisata Jepang terbukti menjuarai pasar perjalanan Muslim global. Hal itu terlihat dari perubahan besar dalam 10 tahun terakhir. Organisasi Pariwisata Dunia mengatakan Asia adalah pasar dunia yang paling banyak dikunjungi pada 2017, setelah Eropa. Penggerak utamanya adalah prevalensi teknologi seluler dan akses Internet di seluruh Asia, dan milenial.

Tidak sedikit perempuan Muslim yang melakukan perjalanan wisata sendiri. Media sosial memang memacu minat milenial Muslim dalam perjalanan. Apalagi promo maskapai penerbangan murah, membuat orang Asia Tenggara semakin terinspirasi melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang lebih ramah dan mudah diakses.

Sejumlah aplikasi seluler, seperti Perjalanan Halal, www.halaltrip.com, memungkinkan pelancong mengetahui arah kiblat saat berada di mana saja seluruh dunia. Bahkan, aplikasi itu memiliki informasi waktu solat atau lokasi restoran halal terdekat.

Sejauh ini pembelanja Muslim terbesar berasal dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Pelancong Teluk kaya menghabiskan lebih dari 40 miliar dolar Amerika Serikat (AS) secara global tahun lalu.

Indonesia berada di urutan ketiga dalam pengeluaran para pelancong Muslim, yakni sebesar 7,5 miliar dolar AS dan terus bertambah. Kemudian ada Malaysia yang menghabiskan sekitar setengahnya dari total pengeluaran Indonesia.

Pelancong dari Asia, terutama dari Malaysia dan Indonesia diperkirakan akan menyasar negara di Eropa dalam dua tahun mendatang. Segmen pelancong Muslim muda yang tumbuh cepat dari Asia Tenggara, lebih cenderung memilih tujuan, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Jepang sendiri mengalami peningkatan kedatangan wisatawan asing mencapai rekor 31 juta pada 2018. Angka itu naik tajam dari hanya 6,2 juta pada 2011, karena bencana gempa bumi dan tsunami besar di Jepang timur pada 2011.

Pemerintah Jepang memperkirakan jumlah kedatangan wisatawan akan mencapai 40 juta pada 2020 saat Olimpiade Tokyo. Olimpiade itu menawarkan potensi pasar besar bagi perusahaan halal Malaysia dan lembaga sertifikasi halal.

Di Shinjuku, sebuah perusahaan yang dijalankan oleh orang Malaysia bernama MHC Co. Ltd berwenang mengeluarkan standar halal di Jepang untuk restoran dan produsen makanan. "Tujuan kami adalah meningkatkan jumlah restoran halal di kawasan Tokyo untuk Olimpiade," kata Iori pejabat di MHC, Numata. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement