Senin 26 Nov 2018 18:51 WIB

Menag Ajak Guru Madrasah Mendidik dengan Cinta

Menag mengajak guru untuk menghindari sikap ekstimisme.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Malam Puncak Anugerah Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Madarasah yang bertepatan dengan Hari Guru Nasional ke 73 di Dyandra Covention Hall, Surabaya, Ahad (25/11) malam.
Foto: kemenag
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Malam Puncak Anugerah Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Madarasah yang bertepatan dengan Hari Guru Nasional ke 73 di Dyandra Covention Hall, Surabaya, Ahad (25/11) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak guru madrasah untuk mendidik dengan cinta. Dia mengatakan tugas mendidik sangat mulia. Sebab, peradaban bangsa manapun terbentuk berkat adanya para guru yang tak henti mentransmisikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya.

Guru mengemban amanah, fungsi dan kehormatan untuk mendidik anak-anak, sekaligus menjadi teladan menata peradaban.  "Mari kita senantiasa menjaga rasa cinta kepada diri. Hanya dengan cinta, kita bisa mendidik anak-anak, tidak dengan amarah dan murka," kata Menag di hadapan ribuan guru madrasah di Malam Puncak Anugerah Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Madarasah yang bertepatan dengan Hari Guru Nasional ke 73 di Dyandra Covention Hall, Surabaya, Ahad (25/11) malam.

"Saya berharap, pola pendidikan kita bisa diperluas kepada ukuran kebajikan ahklak, tidak kognisi belaka, namun juga sikap. Akhlak itu yang penting. Agama hakikatnya perilaku dan kebajikan kepada sesama," kata Menag.

Kepada para guru madrasah, Menag menyatakan di Kementerian Agama, prinsip wasathiyah Islam diterjemahkan sebagai visi Moderasi Beragama. Yakni, menghindari sikap ekstrim dalam beragama, dan selalu menonjolkan tafsir keagamaan yang berimbang serta adil.

photo
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Malam Puncak Anugerah Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Madarasah yang bertepatan dengan Hari Guru Nasional ke 73 di Dyandra Covention Hall, Surabaya, Ahad (25/11) malam.

Pesan moderasi beragama ini perlu diterjemahkan kembali oleh para guru agar tersosialisasi kepada peserta didik secara inovatif, bijak, menyenangkan dan menghibur sesuai kebutuhan usia mereka.

"Dalam menghadapi tantangan zaman, mari kembali ke jatidiri kebangsaan dan keislaman. Kami di Kemenag intinya adalah pendidikan. Karena memang inilah yang menjadi tugas utama," ujarnya.

Dijelaskan Menag ada tiga tantangan di dunia pendidikan yaitu keterbatasan sarana prasarana, kesejahteraan guru dan kualitas dan mutu pendidikan. "Ketiga tantangan ini akan selalu menjadi perhatian serius dari Kementerian Agama," tandas Menag.

Malam puncak Hari Guru Nasional dan Anugerah Guru Madrasah Berpretasi 2018 ini juga bertepatan dengan ulang tahun Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin. Dalam kesempatan itu para guru pun mengucapkan selamat kepada Menag Lukman Hakim dan memberikan bunga sebagai ungkapan rasa bahagia. Begitu juga dengan Kepala Biro HDI Mastuki yang malam itu memberikan bingkisan kado berupa foto Menag Lukman Hakim.

Kemenag Peduli NTB dan Sulawesi Tengah

Dalam kesempatan tersebut, Menag juga menyampaikan ungkapan simpati dan bela sungkawa terhadap semua penyintas bencana alam di NTB dan Sulawesi Tengah.

Menurut Menag ASN Kemenag se-Indonesia telah memperlihatkan kepeduliannya dengan sangat penuh keikhlasan menyisihkan sebagian rizkinya untuk meringankan beban mereka.

"Untuk itulah kita merasa prihatin yang sedalam-dalamnya pada saat terjadi musibah alam yang berdampak pada sekolah, madrasah, guru, dan peserta didik seperti yang belakangan menimpa saudara-saudara kita di Lombok, NTB serta di Palu, Sigi, Donggala di Sulawesi Tengah," kata Menag.

Untuk NTB, Kementerian Agama menerima amanah bantuan ASN sebesar Rp. 17.697.789.220,- M, dan untuk Sulawesi Tengah sebesar Rp. 14.579.286.525,- M.

Dijelaskan Menag angka ini cukup besar yang secara spontan terkumpul dari ASN Kemenag dan sebagian besar disalurkan kepada pihak pihak memerlukan.  "Selaku Menag terima kasih yang terhingga kepada guru, ASN, dosen dan keluarga besar Kemenag di Indonesia," jelas Menag.

"Apa yang kita lakukan secara spontan adalah sesuatu yang luar biasa. Artinya ikatan kemanusian kita masih sangat kental dan inilah yang menjadi kekuatan kita sehingga masing-masing di lingkungan Kemenag tidak merasa sendiri. Kita tidak pernah merasa sendiri dan kita memiliki begitu banyak sauadara, tidak hanya saudara seiman dan sebangsa karena sesunguhnya kita sesama manusia," kata Menag.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement