Ahad 01 Apr 2018 22:00 WIB

Timbangan Kebaikan

Manusia akan di hadapkan pada keputusan neraca (mizan).

Kotak amal (ilustrasi)
Kotak amal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amal adalah teman ketika waktu berakhir. Istri, anak, ba pak, ibu, tetangga, sahabat, tak kenal lagi sosok kita. Amal itu yang akan berbicara tentang siapa kita, apa yang semua pernah kita perbuat dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Pada saat manusia mati, sederet daftar perbuatan yang per nah diperbuat ditunjukkan kepa danya. "Pada hari ketika tiaptiap diri mendapati segala kebajikan diha dapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau se kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat penyayang kepada ham ba-ham ba-Nya." (QS Ali Imran ayat 30).

Imam Al Ghazali menjelas kan, ketika saatnya tiba, perbuatan baik seberat zarah sekalipun akan ditempatkan dalam satu timbangan. Sementara, perbuatan jahat dalam satuan yang sama akan ditempatkan di lengan timbangan lain. Manusia akan di hadapkan pada keputusan neraca (mi zan). Dia akan sangat khawa tir dan gelisah untuk mengetahui lengan timbangan mana yang naik dan mana yang turun.

"Adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, dia berada dalam kehidupan me muaskan. Dan orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawi yah. Dan tahukah kamu apakah neraka Ha wiyah itu? Yaitu, api yang sangat pa nas." (QS al-Qariah: 6-11).

Dalam salah satu suratnya, Al Ghazali menjelaskan, timbangan (kebaikan) orang-orang kaya akan ringan pada hari itu. Me reka menghabiskan uang untuk me muas kan nafsu kebinatangan mereka. Sedang kan, timbangan (kebaikan) orang-orang yang hina akan berat. Mereka mengguna kan uang mereka untuk menja lan kan perintah Allah. Meski de mi kian, orang yang menghabis kan seluruh kekayaannya untuk bersedekah akan memperoleh ke selamatan yang sempurna. Mere ka pasti akan terhindar dari ba ha ya yang terdapat dalam pemilikan benda-benda keduniaan.

Lihatlah Sayidina Abu Bakar as-Sid diq. Dia menghabiskan tanah dan hartanya untuk diletakkan di hadapan Nabi SAW.

Ketika ditanyakan apa yang di tinggalkan bagi kerabatnya, Abu Bakar berkata, "Sa ya yakin bah wa Allah dan rasul-Nya akan meng anugerahkan saya keun tung an yang cukup agar bisa me na warkan kegelisahan saya untuk nafkah keluarga saya. " Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Mu ham mad bersabda, "Orang-orang kaya te lah hancur. Hanya yang menebarkan keka yaannya ke segela arah saja yang bertahan hidup, yang membantu orang miskin dan melaksanakan perintah-perintah Allah."

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement