Sabtu 19 Sep 2015 16:42 WIB

Ketum PBNU Minta Fatayat Bentengi Keluarga dari Radikalisme

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
  Ketua PBNU Said Aqil Siradj memberikan keterangan kepada wartawan terkait Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, Senin (3/8).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketua PBNU Said Aqil Siradj memberikan keterangan kepada wartawan terkait Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, Senin (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Sayap organisasi perempuan muda Nahdlatul Ulama (NU), Fatayat NU, menyelenggarakan Kongres ke-15 di Surabaya pada 18 hingga 22 September. Sabtu (19/) Kongres ke-15 Fatayat NU resmi dibuka oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Gelanggang Olahraga KONI Jawa Timur.

Berbicara kepada wartawan seusai membuka kegiatan, Kiai Said berpesan agar kader-kader Fatayat menjadi benteng keluarga dari doktrin keagamaan radikal. “Fatayat ini ibu-ibu yang punya anak. Tolong jaga anak-anak kita, keponakan kita, jangan smpai terprovokasi (paham-paham radikal),” ujar Kiai Said.

Menurut Kiai Said, posisi perempuan di dalam Islam begitu diistimewakan. Dalam perkembangannya, kata Kiai Said, NU menerjemahkan pandangan Islam soal perempuan dalam dinamika kehidupan kontemporer.

Ia mencontohkan, Kiai Bisri Sansuri, Rais Aam ketiga NU, membolehkan perempuan menjadi hakim. Sementara pada Munas NU di Lombok tahun 1997, di bawah kepemimpinan Gus Dur sebagai Ketua Umum PBNU, NU mengeluarkan fatwa dibolehkannya perempuan menjadi presiden.  

Kiai Said menekankan, NU dan segenap sayap organisasinya akan selalu berjuang bersama rakyat Indonesia, terutama golongan lemah. Hal itu, kata Kiai Said, merupakan ajaran Islam yang telah diwariskan para kiai pesantren NU.

Kiai Said juga menegaskan, NU akan selalu membela Indonesia. “NU akan selalu bersama konstitusi, siapapun presidennya, selama presiden tidak melanggar konstitusi,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement