Selasa 20 Nov 2018 17:32 WIB

Maulid Nabi Momentum Tingkatkan Persatuan

Dalam realitasnya umat Islam berafiliasi pada organisasi dan mazhab yang berbeda-beda

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti berpesan, umat Islam hendaknya menjadikan momentum Maulid Nabi sebagai sarana meningkatkan persatuan umat dan bangsa. Mu'ti mengatakan, dalam realitasnya umat Islam berafiliasi pada organisasi dan mazhab yang berbeda-beda. Akan tetapi, Tuhan, nabi, kiblat dan Alquran sama. Karena kesamaan-kesamaan tersebut maka umat Islam harus saling menghormati, toleransi dan bekerjasama.

"Umat Islam hendaknya mengambil teladan dari peri kehidupan dan kepribadian Nabi Muhammad sebagai seorang yang santun, lemah lembut, penyayang, sederhana dan suka menolong terutama kaum dhuafa dan mustadzafin," kata Mu'ti kepada Republika.co.id, Selasa (20/11).

Baca Juga

Sementara, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak seluruh umat Islam agar menjadikan momentum peringatan Maulid Nabi Muhmmad SAW untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Caranya dengan berbuat kebajikan dan beramal shaleh yakni meneladani sifat dan akhlak mulia Nabi Muhammad SAW sebagaimana misi kenabiannya yaitu untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak umat manusia.

Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Sa'adi menyampaikan, MUI mengajak kepada semua umat Islam agar dapat mewarisi semangat dan misi kenabian. Yaitu semangat pembebasan dari ketertindasan, baik ketertindasan dari kemiskinan, kebodohan maupun keterbelakangan.

Karena hakekat dari misi risalah Nabi Muhammad SAW adalah melakukan pembelaan terhadap kaum yang lemah dan tertindas dengan berempati merasakan beratnya penderitaan mereka ('azizun 'alaihi ma'anittum). "Serta memberikan rasa aman dan sentosa (harishun `alaikum) dan memberikan rasa belas kasih sayang terhahadap sesama umat manusia (raufun rahim)," ujarnya.

MUI juga menyeru kepada kaum Muslimin untuk mengembangkan sikap toleransi (tasamuh), keseimbangan (tawazun) dan bersikap adil (i'tidal) dalam menjalankan ajaran agama. Supaya tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan sempit (furuiyyat) yang dapat merusak tali silaturahmi antarumat Islam.

Zainut menjelaskan, hal tersebut sesuai dengan misi Nabi Muhammad SAW yang ingin mewujudkan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyyah) dan persatuan umat (wihdatul ummah). Sebagaimana yang dilakukan Nabi ketika menyatukan dan mepersaudarakan kaum muhajirin dan anshor saat membangun kota Madinah.

"MUI mengajak seluruh umat beragama untuk mengembangkan hidup damai, penuh harmoni dan toleransi (tasamuh) antarumat beragama, hal tersebut merupakan spirit aktualisasi dari visi Islam rahmatan li al‘alamin (agama cinta dan kasih sayang bagi semesta raya)," ujarnya.

Ia menegaskan, spirit maulid tersebut harus diwujudkan melalui sikap dan perilaku keberagamaan yang santun, rukun, toleran, saling menghormati dan menerima perbedaan keyakinan. MUI mengajak semua komponen bangsa untuk menjaga dan merawat NKRI. Kemerdekaan Indonesia yang diraih dengan perjuangan dan pengorbanan baik jiwa dan raga seluruh rakyat Indonesia adalah negara perjanjian yang mengikat seluruh komponen bangsa untuk hidup bersama secara damai, rukun dan harmonis.

Zainut menambahkan, maka harus terus dijaga dan dipertahankan oleh seluruh bangsa Indonesia. Dengan demikian, momentum Maulid Nabi SAW hendaknya dimaknai dalam rangka peneguhan sikap dan aktualisasi nilai-nilai perdamaian, apresiasi terhadap kebhinnekaan dan penghormatan terhadap nilai demokrasi, hukum dan HAM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement