Kamis 25 Oct 2018 07:28 WIB

Kemenag: Gurindam 12, Kearifan Lokal Islam Sikapi Hoaks

Perlu upaya bersama menggali legasi intelektual Islam lokal.

Kepala Balitbang Diklat Kemenag Prof Abdurrahman Mas'ud
Foto: dok istimewa
Kepala Balitbang Diklat Kemenag Prof Abdurrahman Mas'ud

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM— Kearifan lokal Islam di Tanah Air ternyata banyak mengandung manfaat yang belum terungkap secara maksimal. Siapa sangka misalnya, Gurindam 12 karya Raja Ali Haji memuat etika menanggapi hoaks yang tengah marak belakangan ini. 

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof Abdurrahman Mas’ud mengatakan, karya tokoh yang brilian di usia muda yaitu 37 tahun tersebut mengajarkan kepada generasi Muslim sekarang, bagaimana berhadapan dengan merebaknya fitnah dah hoaks. 

“Gurindam yang identik dengan ajaran bercorak sufi itu merupakan karya brilian Islam lokal,” kata dia saat membuka Seminar Hasil Benchmarking Khazanah Keagamaan di Jerman, Jepang, dan India, yang digelar Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, di Batam, Rabu (24/10).   

Dia menyebutkan di antara nukilan tentang bagaimana menyikapi hoaks itu tertuang dalam Pasal ke-7 dengan redaksi sebagai berikut: 

“Apabila banyak berkata-kata, di situlah jalan masuk dusta. Apabila banyak berlebih-lebihan suka, itulah tanda hampirkan duka. Apabila kita kurang siasat, itulah tanda pekerjaan hendak sesat. Apabila anak tidak dilatih, jika besar bapaknya letih. Apabila banyak mencela (mencacat?) orang, itulah tanda dirinya kurang. Apabila orang yang banyak tidur, sia-sia sahajalah umur. Apabila mendengar akan khabar, menerimanya itu hendaklah sabar. Apabila mendengar akan aduan, membicarakannya itu hendaklah cemburuan. Apabila perkataan yang lemah lembut, lekaslah segala orang mengikut. Apabila perkataan yang amat kasar, lekaslah orang sekalian gusar. Apabila pekerjaan yang amat benar, tidak boleh orang berbuat onar.”

Dia menyayangkan minimnya kajian dan eksplorasi terhadap warisan dan khazanah intelektual budaya asli masyarakat Muslim Indonesia itu. Kendati demikian dia mengapresiasi upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang kembali mempopulerkan warisan tersebut, salah satunya memperkenalkan Gurindam 12 ke masyarakat.

Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Kementerian Agama Muhammad Zain, menjelaskan relevansi penelitian di tiga negara tersebut yakni Jerman, Jepang, dan India tak lain adalah mendorong upaya lebih masif lagi untuk menggali khazanah intelektual Nusantara yang tercecer di berbagai negara. 

Konteksnya juga cukup jelas, kata dia, mengingat hasil kajian mutakhir menyebutkan bahwa tren perkembangan dunia tengah mengarah ke Timur, tak terkecuali perkembangan ekonomi. 

Dia menyebut kajian cendekiawan India Ram Charan dalam bukunya berjudul The Global Tilt, bahwa terjadi pergeseran ekonomi dunia yang dulu banyak dimonopoli Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, kini bergeser ke India, Cina, dan juga Indonesia.

Menurut dia, poros kajian keislaman selama ini masih berputar pada great tradition, Makkah dan Madinah dan negara Arab, belum sepenuhnya menyentuh pada low tradition, dalam hal ini termasuk Indonesia. 

Padahal kata dia, legasi intelektual dan budaya berbasis keislaman juga tak kalah menarik dan sangat kaya. Upaya Kementerian Agama dalam penerjemahan Alquran ke bahasa daerah terungkap kekayaan bahasa daerah, yang beberapa di antaranya malah bisa mengkomodasi kata-kata Alquran yang sulit diterjemahkan dalam bahasa Melayu. 

Dia mencontohkan, dalam ayat Alquran yang menyebutkan “arrijalu qawwamuna ‘alannisa’”, kata qawwamuna tersebut selalu diterjemahkan sebagai pemimpin, namun padanan tepat untuk terjemahan kata tersebut dalam bahas bugis, cukup menarik yaitu pallapi aro yang bermakna pelindung atau perisai.  

Dia menjelaskan, pihaknya berupaya terus menggali kearifan lokal itu selain program penerjemahan Alquran ke bahasa daerah, juga akan membuat program animasi manuskrip untuk memperkenalkan ke generasi milenial. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement