Sabtu 18 Aug 2018 17:37 WIB

4 Ciri Ahli Surga dan 4 Ciri Ahli Neraka

Ibnu Katsir menegaskan, seseorang akan mati berdasarkan kebiasaannya.

Warga membayar infak menggunakan layanan zakat, infak, dan sodaqoh drive thru dipasang di depan Masjid Al-Itishom, Jakarta Selatan, Senin (23/10).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga membayar infak menggunakan layanan zakat, infak, dan sodaqoh drive thru dipasang di depan Masjid Al-Itishom, Jakarta Selatan, Senin (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Calon ahli suarga mempunyai sejumlah ciri saat hidupnya di dunia. Begitu pula, calon ahli neraka juga mempunyai ciri. “Ada empat tanda atau ciri manusia yang akan masuk surga. Sebaliknya, ada empat tanda seseorang yang akan menjadi penghuni neraka,” kata Ustaz Taufiqurrohman SQ saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/8).

Ia menyebutkan, keempat tanda atau ciri ahli surga itu adalah wajah yang berseri-seri; lisan yang fasih/lisan yang omongannya/janjinya bisa dipegang; hati yang penuh dengan ketakwaan; dan tangan yang senang memberi.

“Sebaliknya, empat tanda calon ahli neraka adalah wajah yang selalu cemberut; lisan yang keji atau kotor; hati yang keras; dan tangan yang pelit,” papar  Ustaz Taufiqurrohman yang juga dikenal sebagai Ustaz Pantun.

Ia mengingatkan, seberat apa pun ujian yang datang, seorang Muslim harus sabar dan ikhlas menghadapinya, serta selalu berpikir dan bersikap positif dan optimistis.

Ia lalu mengutip Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, “Jangan kamu minta mati kepada Allah karena masalah yang Allah berikan kepadamu, akan tetapi lebih baik engkau  berdoalah kepada Allah sebagai berikut, ‘Ya Allah, hidupkan aku selama Engkau izinkan aku hidup dalam keadaan yang  baik buat aku, dan wafatkanlah aku apabila Engkau kehendaki aku wafat dalam keadaan yang baik buat aku.”

Ustaz Taufiq, panggilan akrab Ustaz Taufiqurrohman, juga mengingatkan kaum Muslimin agar selalu membiasakan amal perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu sebagai ikhtiar agar ia wafat dalam keadaan yang baik (husnul khatimah).

“Barang siapa yang hidup dalam satu kebiasaan, maka dia akan mati pada kebiasaannya itu pula,” kata Ustadz Taufiqurrohman, mengutip pernyataan Ibnu Kastir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement