Jumat 27 Jul 2018 16:31 WIB

TGB Berharap tak Ada Ujaran Kebencian pada Pilpres 2019

semua nilai-nilai yang baik dari agama itu harus disalurkan untuk membangun Indonesia

Rep: M Nursyamsyi/ Red: Agung Sasongko
Gubernur NTB TGB Zainul Majdi, Gubernur NTB terpilih 2018-2023 Zulkieflimansyah, dan mantan rektor Universitas al-Azhar Mesir Ibrahim Sholah al- Hudhud saat pembukaan Konferensi Ulama Internasional di Kompleks Islamic Center NTB, Jumat (27/7).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Gubernur NTB TGB Zainul Majdi, Gubernur NTB terpilih 2018-2023 Zulkieflimansyah, dan mantan rektor Universitas al-Azhar Mesir Ibrahim Sholah al- Hudhud saat pembukaan Konferensi Ulama Internasional di Kompleks Islamic Center NTB, Jumat (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) mengajak seluruh pihak untuk menyambut kontestasi politik pada 2019 dengan nilai-nilai positif, dan tak ada lagi ruang untuk saling menebar ujaran kebencian.

"Kita harus ingat bahwa memenuhi ruang publik dengan ujaran-ujaran kebencian yang berbasis pada sentimen primordial keagamaan itu pasti akan menghancurkan kita semua," ujar TGB di sela-sela Konferensi Ulama Internasional di Islamic Center NTB, Jumat (27/7).

Kata dia, ini saat bagi seluruh anak bangsa untuk intropeksi bahwa semua nilai-nilai yang baik dari agama itu harus disalurkan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. TGB menegaskan, agama wajib ada dalam politik, dalam arti membawa nilai-nilai spiritualitasnya, nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan bermusyawarah, membangun kesetaraan, dan kesejahteraan.

"Tidak boleh ada lah yang menggunakan sentimen keagamaan untuk hal-hal yang bisa membawa kepada sesutau yang desktruktif, menganggap kelompok sayalah yang paling Islami, mengangggap bahwa barisan saya yang paling cocok untuk mengusung panji-panji umat," lanjutnya.

TGB memandang, jika sudah ada polarisasi seperti itu pasti akan membawa pada situasi yang tidak baik dan yang paling ekstrem bisa berujung pada kehancuran, seperti yang terjadi di sejumlah negara di timur tengah. "Itu saya pikir kita kembali pada moderasi di mana moderasi Islam memberi nilai-nilai untuk seluruh sektor kehidupan, nilai spiritualitas, dan kemanusiaan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement