Ahad 01 Apr 2018 19:09 WIB

Masjid Sebagai Pusat Wisata Religi Butuh Kajian Mendalam

Kendala pengembangan wisata berbasis masjid adalah SDM yang belum memadai.

Rep: Muhyiddin/ Red: Indira Rezkisari
Masjid Sang Cipta Rasa atau yang dikenal juga Masjid Agung Kasepuhan di Cirebon, Jawa Barat.
Foto: Republika/WIhdan Hidayat
Masjid Sang Cipta Rasa atau yang dikenal juga Masjid Agung Kasepuhan di Cirebon, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) ingin menjadikan masjid sebagai pusat wisata religi khususnya di daerah Cirebon dan Kauman. Namun, untuk menjadikan masjid sebagai pusat wisata religi diperlukan kajian mendalam terlebih dahulu.

Hal ini disampaikan Pendiri Pusat Halal Masjid Salman ITB, Nashir Budiman. Menurut dia, masjid memang mempunyai banyak daya tarik tersendiri untuk menjadi tempat destinasi wisata. Namun, saat ini masih dibutuhkan kajian mendalam, sehingga saat datang ke masjid itu wisatawan bisa mengetahui hal-hal menarik yang ada di masjid tersebut.

"Kira-kira setahun yang lalu saya diundang ke Kemendikbud. Mereka juga bicara masjid sebagai warisan sejarah. Jadi kalau ini (masjid pusat wisata religi) mau dibikin, harus ada kajian mendalam," ujar Nashir saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (1/4).

Menurut dia, Masjid Salman sendiri juga sudah pernah mengkaji wisata religi berbasis masjid tersebut pada tanggal 21 September 2016 lalu dengan mengadakan Seminar Internasional tentang parawisata halal. Menurut dia, wisata religi ini memang harus dikembangkan sebagaimana layaknya tujuan wisata.

"Sekarang kalau mau ditingkatkan masjid seperti itu, masjid harus dikembangkan sebagaimana layaknya tujuan wisata. Jadi ada daya tarik, ada sejarah dan ada layanan dan seterusnya. Nah ini mungkin memerlukan satu persiapan yang serius," ucapnya.

Nashir mengatakan, untuk mengembangkan wisata berbasis masjid juga perlu disiapkan pemandu wisata, sehingga wisatawan tidak merasa kecewa saat datang ke masjid tersebut. Selain itu, pelayanan juga harus ditingkatkan seperti toiletnya yang harus bersih, tempat wudhunya dan juga harus disediakan restoran yang halal.

Namun, kata dia, yang menjadi masalah adalah di masjid-masjid saat ini masih kekurangan SDM yang memahami wisata religi. "Jadi menurut saya yang problem sekarang adalah SDM. Jadi jika tidak ada SDM yang bisa menjalankan itu percuma," kata Nashir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement