Senin 12 Feb 2018 09:22 WIB

Manuskrip Indonesia Berserakan di Luar Negeri

Manuskrip di Indonesia banyak berserakan seperti di Makkah, Turki atau pun di Belanda

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban Din Syamsuddin (dari kiri ke kanan), Wakil Ketua MPR  RI Hidayat Nur Wahid, Seorang Cendikiawan Muslim dalam Ilmu-ilmu Al-quran Quraish Shihab, Duta Besar Kerajaan Yordania Alhasyimiah untuk Indonesia, Walid Abdel Rahman Jaffal Al-Hadi bersama para pemuka agama menghadiri acara World Interfaith Harmony Week 2018 yang bertajuk ‘Rukun dan Bersatu, Kita Satu, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (11/2).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban Din Syamsuddin (dari kiri ke kanan), Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Seorang Cendikiawan Muslim dalam Ilmu-ilmu Al-quran Quraish Shihab, Duta Besar Kerajaan Yordania Alhasyimiah untuk Indonesia, Walid Abdel Rahman Jaffal Al-Hadi bersama para pemuka agama menghadiri acara World Interfaith Harmony Week 2018 yang bertajuk ‘Rukun dan Bersatu, Kita Satu, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hidayat Nur Wahid (HNW) mengapresiasi langkah Kementerian Agama yang akan mendirikan Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara di Indonesia. Menurut dia, pengkajian manuskrip keagamaan sangat penting karena Indonesia sangat kaya akan khazanah intelektual.

"Menurut saya itu sangat penting ya, karena S3 saya juga tentang studi manuskrip dan saya mendapatkan banyak sekali manuskrip di Indonesia itu berserak di luar negeri," ujar HNW saat ditemui usai acara puncak perayaan agenda PBB World Interfaith Harmony Week di Jakarta Convention Hall (JCC), Jakarta, Ahad (11/2).

Ia menuturkan, manuskrip di Indonesia banyak berserakan seperti di Makkah, Turki atau pun di Belanda. Karena itu, menurut dia, studi intelektual Indonesia itu sangat banyak sekali sebenarnya, sehingga jika ada pusat kajian manuskrip keagamaan akan dapat meningkatkan posisi Indonesia di mata dunia.

"Kalau Kemenag mau melakukan prakarsa ini sangat bagus dan saya pernah berkunjung ke Afrikas Selatan banyak manuskrip yang diutus ulama-ulama Indonesia yang tinggal di Afrika Selatan, termasuk oleh kakek buyut Pak Din Syamsuddin. Jadi sangat banyak sekali," ucapnya.

NHW menegaskan bahwa dirinya mendukung penuh langkah Kemenag yang akan mendirikan Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan tersebut. Ia berharap pusat kajian tersebut nantinya dapat mengumpulkan khazanah intelektual ulama-ulama terdahulu.

"Saya berharap itu bisa disukseskan menjadi bagain dari yang mengumpulkan khazanah intelektual bangsa Indonesia, yang ternyata Indonesia mempunyai khazanah intelektual yang sangat kaya dan banyak. Dan bila itu bisa dilakukan akan mengokohkan posisi Indonesia di mata intelektual dunia," kata HNW.

 

(Baca: Menag Ingatkan Pentingnya Manuskrip Nusantara)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement