REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan 18 pondok pesantren yang akan menjadi percontohan dalam pelaksanaan program Santripreneur pada 2018. Pondok pesantren tersebut meliputi delapan wilayah di Jawa Barat, lima di Jawa Tengah dan lima di Jawa Timur.
Kemajuan pendidikan wirausaha pesantren tersebut ditanggapi positif oleh beberapa ulama di Indonesia. Salah satunya, KH Didin Hafidhuddin. "Sangat positif bagi perkembangan pesantren, apalagi budaya pesantren terkenal dengan kemandiriannya. Sehingga mampu juga menciptakan kewirausahaan di pondok pesantrennya," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Senin (22/1).
Menurut Didin, ada beberapa pesantren yang bisa dijadikan percontohan kewirausahaanya. Seperti, pesantren Baitul Mal wat Tamwil (BMT), pesantren Miftahul Huda dan pesantren Darussalam Gontor. "Pesantren tersebut kegiatan usahanya bagus, mereka terlatih kemandiriannya. Jadi, tidak hanya sekedar menjalani pendidikan agama, tetapi juga cara berdagang sesuai sistem kewirausahaan," ucapnya.
Kendati demikian, dia meminta, pemerintah untuk menyeriusi program tersebut. Setidaknya, ada beberapa catatan khusus untuk merealisasikannya.
"Jangan hanya diberikan dana saja, tujuannya harus jelas, persyaratan juga jelas, latihan wirausaha juga jelas semata-mata hanya untuk kepentingan pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya," ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin, Ratna Utarianingrum mengaku, optimistis para santri mempunyai kemampuan untuk belajar di industri. "Potensi mereka cukup besar, terlebih lagi jumlah santri di pondok pesantren yang banyak," ungkapnya.
Para santri ini akan dibekali dengan beragam pelatihan dan pengetahuan, sehingga mereka bisa produktif. "Kekuatan santri yang besar ini sangat bagus dirasakan. Kami akan bekali dengan bimbingan teknis pengetahuan, pelatihan yang disesuaikan dengan potensi yang ada di pesantrennya," paparnya.
Ratna mengatakan, Kemenperin juga memfasilitasi bantuan peralatan, permesinan, dan teknologi yang digunakan serta juga fasilitasi untuk mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan.