Selasa 05 Dec 2017 19:30 WIB

Rasulullah Luruhkan Kasta-Kasta Sosial Bangsa Arab

Rasulullah
Foto: fold3.com
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rasulullah SAW juga mengajarkan apa-apa yang pada zaman kini diistilahkan demokrasi. Sebelum Islam menyebar luas, masyarakat Jazirah Arab memberlakukan piramida sosial secara ketat. Seorang budak dilucuti hak-haknya sebagai manusia. Anak perempuan dikubur hidup-hidup karena dipandang sebagai aib ayahnya.

Tidak ada hukum kecuali si kaya dan berkuasa bersikap sekehendak hati terhadap kaum miskin dan lemah. Kesamaan hak sama sekali tidak dikenal.

Putra Abdullah ini menunjukkan bahwa setiap manusia berkedudukan sama di hadapan Allah. Pembedanya hanyalah iman dan ketakwaan. Rasulullah SAW meluruhkan kasta-kasta sosial yang selama ini membelenggu masyarakat Arab. Sebagai contoh, lanjut Nur Kholis, adalah pendirian masjid pertama dalam sejarah Islam. Saat itu, Nabi Muhammad SAW baru saja berhijrah dari kota kelahirannya ke Madinah bersama dengan Abu Bakar ash-Shiddiq.

Dalam statusnya sebagai pemimpin, cucu pembesar Quraisy Abdul Muthalib ini ikut membangun masjid tersebut bersama dengan para sahabat dan kaum Muhajirin serta kaum Anshar. Dengan tangannya sendiri, sang Kekasih Allah itu memindahkan batu, menggali tanah, dan meletakkan pondasi untuk terwujudnya rumah ibadah itu.

Ketika seorang sahabat memintanya untuk sekadar memantau pembangunan masjid, Rasulullah SAW menolaknya dengan sopan sambil berkata, Tidak. Kita sama- sama mengharapkan rahmat Allah. Engkau dapat ikut memindahkan (batu) lain, jika engkau mau. Dengan cara yang santun, Rasulullah SAW mengajarkan kepada para pengikutnya tentang kesetaraan sosial dan bagaimana seharusnya seorang pemimpin.

Selama di Madinah, Rasulullah SAW selaku pemimpin politik dan spiritual memantapkan penerapan Islam di tengah masyarakat yang heterogen. Keberagaman disatukannya melalui persaudaraan (ukhuwah) di dalam iman dan agama. Dalam sebuah hadis, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menegaskan pentingnya ukhuwah: "Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.

Mertua Ali bin Abi Thalib ini juga berulang kali mengingatkan umatnya bahwa harta, keturunan, ras, dan segala hal duniawi tidak menentukan status seorang Muslim. Iman, ketakwaan, dan ilmulah yang menjadi faktor penentu kemuliaan individu di tengah masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement