Sabtu 18 Nov 2017 21:17 WIB

Republika Kembali Gelar Pelatihan Akuntansi Masjid

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Elba Damhuri
Kegiatan Pelatihan Akuntansi Masjid, Metode Online Dalam Menyusun Laporan Keuangan Masjid Secara Transparan dan Akuntabel di Gedung Harian Republika, Pejaten, Jakarta, Sabtu (18/11). Pelatihan merupakan kerjasama Republika dengan Ikatan Akuntan Masjid (IAM) Masjid Baitul Mal Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Foto: Zahrotul Oktaviani/Republika
Kegiatan Pelatihan Akuntansi Masjid, Metode Online Dalam Menyusun Laporan Keuangan Masjid Secara Transparan dan Akuntabel di Gedung Harian Republika, Pejaten, Jakarta, Sabtu (18/11). Pelatihan merupakan kerjasama Republika dengan Ikatan Akuntan Masjid (IAM) Masjid Baitul Mal Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatihan Akuntansi Masjid dengan tema "Metode Online Dalam Menyusun Laporan Keuangan Masjid Secara Transparan dan Akuntabel" digelar Republika, Sabtu (18/11). Pelatihan ini merupakan kerja sama Republika dengan Ikatan Akuntan Masjid (IAM) Masjid Baitul Mal (MBM) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).

Kegiatan pelatihan yang dilakukan ini merupakan pelatihan keenam. Pertama kali pelatihan dilakukan di Padang pada bulan Desember tahun lalu.

Kegiatan ini diawali dari kegelisahan alumni STAN yang ingin memberikan masukan atau kontribusi bagi dunia Islam sehingga dibuatlah aplikasi akuntansi masjid secara online.

Absar Jannatin, selaku ketua MBM STAN, mengaku senang melihat antusias peserta pelatihan. Sebanyak 12 peserta datang tidak hanya dari Jakarta tapi juga dari Bandung dan Magelang.

"Ini adalah pelatihan akuntansi masjid untuk seluruh Indonesia. Tujuannya untuk melatih bisa melakukan pencatatan, pembukuan, dan akuntansi yang transparan dan akuntable," ujar Absar di Gedung Republika, Pejaten, Sabtu (18/11).

Absar menyatakan kebanyakan pencatatan anggaran dilakukan secara manual dan standar. Dirinya ingin mengubah citra masjid menjadi lebih modern dan digital mengikuti zaman.

Kendala yang didapat dari pencatat anggaran masjid adalah mereka yang bukan dari jurusan akuntansi. Sehingga pencatatan yang dilakukan tidak sesuai dan ala kadarnya.

"Mindsetnya harus kita ubah jadi digital culture. Sehingga laporannya ini bisa diakses juga oleh jamaah. Dan akan menjadi pencatatan yang transparan dan akuntable," ucap Absar.

Salah seorang peserta dari Magelang, Titik Hinawati, mengatakan dirinya mengetahui adanya program ini dari internet. Kemudian Titik mencoba mencari siapa yang bertanggung jawab atas kegiatan ini dan mendapat informasi bahwa tanggal 18 November diadakan pelatihan tersebut.

"Ini bagus karena programnya sesuai sama kebutuhan masjid. Kalau di daerah saya ya rata-rata catatannya standar. Cuma pemasukan, pengeluaran, kas atau saldo. Tapi ini benar-benar dirinci," ucap Titik.

Titik mengaku pada awalnya dia merasa kesulitan dengan program tersebut. Namun setelah dicoba dan dipahami berulang-ulang dia merasa mampu dan mengerti.

Ke depannya Titik akan terus belajar dan membagikan ilmu yang sudah didapat kepada masyarakat di daerah Magelang. Agar semua Masjid mudah dan gampang dalam melakukan pembukuan.

Peserta lain yang datang dari Bandung, Nia Kurniasih, staf keuangan Masjid Salman ITB, mengaku ditugaskan oleh masjidnya untuk mengikuti pelatihan ini.

Setelah dicoba, Nia merasa lebih mudah memahami aplikasinya. Saat ini Masjid Salman sudah menggunakan sebuah aplikasi, namun perbedaan bahasa yang ada membuat aplikasi milik STAN ini lebih mudah dimengerti dan diikuti.

Nia mengaku kebanyakan pengurus memang hanya ingin tahu sebatas pemasukan, pengeluaran, dan saldo atau kas bulan ini ataupun satu bulan ke depan. Namun bagi bagian keuangan sendiri, rincian data juga diperlukan agar tidak sembarangan dan tertata rapi.

Wakil Pimpinan Redaksi Republika, Nur Hasan Murtaji, mengungkapkan keinginannya agar pengelolaan masjid lebih profesional. Aplikasi ini bisa membuat pencatatan lebih transparan dan terdata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement