Ahad 12 Nov 2017 04:19 WIB

Lelaki Pincang Ini Mendambakan Mati Syahid

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi Berdoa di puncak bukit Uhud
Foto: Antara/Zarqoni
Ilustrasi Berdoa di puncak bukit Uhud

REPUBLIKA.CO.ID, Amru bin Jamuh ra adalah seorang lelaki pincang yang mendambakan mati syahid dalam perang Uhud. Orang-orang banyak yang menyarankan untuk tidak berperang bahkan Nabi SAW telah mengatakan, padanya bahwa Allah memberi keringanan untuknya. Namun, ia tetap gigih ingin berjuang di jalan Allah bersama sahabat lainnya.

Amru ra memiliki empat orang anak, mereka sering berkhidmat kepada Nabi SAW dan selalu menyertai berbagai peperangan. Salah satunya Amru ra sangat bergairah untuk menyertai perang Uhud.

Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah. bahwa orang-orang berkata kepada Amru ra, “Engkau udzur, kakimu pincang, engkau akan sulit berjalan.” Namun ia berkata, “Betapa buruk jika anak-anakku pergi ke surga, tetapi aku tertinggal di sini.” Ditambah lagi istrinya selalu mendorongnya dengan sindiran, “Aku lihat suamiku tinggal di rumah karena melarikan diri dari perang.”

Mendengar ucapan istrinya, Amru ra mengambil pedang, kemudian menghadap arah kiblat dan berdoa: “Ya Allah, jangan kembalikan aku kepada keluargaku.” Kemudian ia menghadiri majelis Nabi SAW dan menceritakan anjuran kaumnya serta semangat dirinya untuk ikut berjuang di jalan Allah.

Ia berkata kepada Rasulullah, “Aku berharap dengan kakiku yang pincang ini dapat berjalan di surga.” Nabi SAW bersabda, “Allah memberi keringanan kepadamu, tidak pergi pun tidak mengapa.” Namun, Amru ra tetap bersemangat mengikuti perang, sehingga Nabi SAW mengizinkannya.

Abu Thalhah ra berkata, “Kulihat Amru ra ikut bertempur dengan bersemangat. Ia selalu berkata, ‘Demi Allah, aku harus masuk surga.’ Salah seorang anaknya ikut berlari-lari di belakangnya. Keduanya bertempur mati-matian sehingga keduanya mati syahid.

Kemudian istrinya datang ke medan perang dengan seekor unta untuk membawa mayat suami dan anaknya agar dapat dikubur di Madinah, tetapi unta itu duduk saja. Walaupun dipaksa bahkan dicambuk dan berbagai cara dilakukan untuk membawa mayat itu ke Madinah, unta itu tetap diam memandang ke arah Uhud.

Ketika istrinya mengadukan hal ini kepada Nabi SAW beliau bersabda, “Unta ini telah diperintah demikian. Apakah sebelum berperang Amru telah berkata sesuatu?” Istrinya menjawab, “Ya, ia berdoa sambil menghadap kiblat, ‘Ya Allah, jangan kembalikan aku kepada keluargaku.'” Sabda Nabi SAW, “Karena doa itulah unta ini enggan pergi.”

Amru ra sangat bergairah mendapatkan surga semata-mata karena Allah. Demikianlah teladan cinta yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya sehinga ia mendambakan mati syahid. Mengirimnya ke derajat yang tinggi, sehingga untanya pun enggan berjalan, hanya duduk memandang Uhud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement