Rabu 08 Nov 2017 05:25 WIB

Ini Masjid Pertama yang Berdiri di Ranah Minang

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Gita Amanda
Masjid Tuo, masjid pertama di Ranah Minang.
Foto: Retno Wulandhari/REPUBLIKA
Masjid Tuo, masjid pertama di Ranah Minang.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Tidak banyak yang tahu, Masjid Ishlah merupakan masjid pertama yang berdiri di Ranah Minang. Selain Sumatra Barat, Ranah Minang atau Tanah Minang juga meliputi sebagian daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian barat daya Aceh, hingga ke Negeri Sembilan di Malaysia.

Berlokasi di Pariangan, Tanah Datar, Sumatra Barat, berdirinya Masjid Ishlah yang disebut juga dengan Masjid Tuo ini menandai masuknya Islam ke Ranah Minang. Menurut salah satu pemuka adat di Nagari Pariangan, Datuak Mangkudum, Masjid Tuo ini pertama kali dibangun pada abad ke-11.

Sejak pertama dibangun, Masjid Tuo telah mengalami tiga kali renovasi dan satu kali pemindahan lokasi. "Mulanya, Masjid Tuo terletak tidak jauh dari lokasi berdirinya saat ini. Dipindah ke tengah perkampungan agar mudah diakses masyarakat," ujar bapak dengan nama asli Dalimi Kasim ini.

Masjid Tuo memiliki ciri khas bangunan adat Minangkabau dengan kubahnya yang dibentuk bagonjoang. Terdiri dari tiga kubah, bagian kubah tertinggi melambangkan keesaan Tuhan. Pada kubah tertinggi ini, terdapat empat lapisan yang masing-masing-masingnya melambangkan empat jenis kedudukan masyarakat dalam satu nagari yaitu khatib, sutan, malin dan pakiah.

Masjid Tuo ditopang oleh empat tiang besar di bagian depan dan empat tiang berukuran lebih kecil dibagian belakangnya. Dari segi adat, empat tiang besar melambangkan Tuanku Nan Barampek yang terdiri dari Imam, Khatib, Qadhi dan Bilal.

Tuanku Imam bertugas memimpin salat lima waktu khususnya Salat Jumat. Tuanku Khatib bertugas memimpin pelaksanaan Sidang Jumat. Tuanku Qadhi bertugas menikahkan warga sesuai Syariat Islam. Sedangkan Tuanku Bilal bertanggung jawab mengumandangkan azan lima waktu khususnya Sidang Jumat.

"Sementara dalam Islam, empat tiang besar ini juga melambangkan empat sahabat Rasul," ujar Dalimi.

Kemudian empat tiang kecil melambangkan empat jenis ninik mamak di Minangkabau. Secara keseluruhan, penyangga masjid yang berjumlah delapan tiang ini melambangkan jumlah suku yang terdapat di Pariangan.

Tidak hanya kubah dan tiangnya, jumlah jendela yang terdapat pada masjid ini juga memiliki artinya sendiri. Enam jendela pada bagian kiri dariarah masuk masjid melambangkan jumlah rukun iman, sedangkan lima jendela pada bagian kanan masjid melambangkan jumlah rukun Islam.

Meski telah direnovasi beberapa kali, uniknya masjid ini tidak dibuat bertingkat seperti kebanyakan masjid. "Tidak boleh dibangun bertingkat karena dapat mengubah sejarah," kata Dalimi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement