Ahad 10 Sep 2017 23:30 WIB

Taat kepada Allah dan Rasul-Nya

Hamba yang Taat/Ilustrasi
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Hamba yang Taat/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail telah mengajarkan sebentuk ketaatan yang final. Ketaatan yang tak ringan. Logika manusia tentu akan menolak kondisi semacam itu. Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar di tengah padang pasir, tanyanya, "Apakah ini perintah Allah?" Ibrahim mengangguk. Landasan iman dan kejernihan hati seketika membuat Hajar mengerti dan menaati. Pun, ketika Ibrahim menuturkan mimpi untuk menyembelih Ismail. "Apakah ini perintah Allah?" Ibrahim mengangguk. Keimanan yang diwariskan kedua orang tuanya seketika membuat Ismail mengerti dan menaati.

Ketaatan seorang hamba pada Rabb-Nya diwujudkan dalam takwa. Patuh melaksanakan segala perintah-Nya, dan meninggalkan segenap larangan-Nya. Bagi kaum Muslim, ketaatan kepada Allah ini juga harus disertai ketaatan kepada Rasulullah. Allah berfirman, "Siapa menaati Allah dan Rasul, maka akan bersama orang-orang yang Allah anugerahi nikmat kepada mereka, yaitu para nabi, orang-orang lurus, syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."(QS an-Nisa' [4]:69)

Ketaatan hanya akan terlaksana apabila seorang hamba memiliki keimanan. Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan keburukan bagi umat manusia. Apa yang tampak ganjil, apa yang tampak mustahil, apa yang tampak salah, hakikatnya tidak selalu demikian. Tugas seorang hamba adalah taat. Taat pada apa yang Maha Cinta inginkan dengan segala kemahatahuan-Nya. Biarkan syukur dan sabar memperindah ketaatan kita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement