Kamis 04 May 2017 19:15 WIB

Masjid Sehitlik, Masjid Tertua di Jerman

Masjid Sehitlik di kota Berlin
Foto: /www.webmastergrade.com
Masjid Sehitlik di kota Berlin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada abad ke-18 M, Kesultanan Turki Usmani (Ottoman) tercatat sebagai sebuah kerajaan besar di dunia. Wilayah kekuasaannya terbentang dari Afrika, Timur Tengah, hingga daratan Eropa. Sebagai sebuah kerajaan yang berpengaruh di dunia, Turki Usmani disegani kerajaan-kerajaan di Eropa.

Kesultanan Turki Usmani sempat menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Prusia-nama Jerman pada abad ke-18. Saat itu, Sultan Ottoman menugaskan Ali Aziz  Effendi sebagai duta besar Ottoman untuk Prusia. Hubungan kedua kerajaan pun terbilang amat harmonis.

Pada 1798 M, Duta Besar Ali Aziz Effendi tutup usia di Berlin. Penguasa Prusia saat itu, Raja Friedrich Willhelm III, memberikan sebidang tanah di Tempelhof sebagai kediaman akhir sang Duta Besar. Sejak saat itu, lokasi tersebut menjadi pemakaman Muslim di Jerman. 

Pemakaman tersebut sempat dipindahkan pada 1866. Namun, segera dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Tempat itu juga pernah dijadikan sebagai pusat perawatan tentara Turki yang terlibat Perang Dunia I. Tentara-tentara yang wafat juga dimakamkan di lahan pemakaman tersebut. Kompleks pemakaman itu terus mengalami perluasan hingga mencapai 2.550 meter persegi. Oleh masyarakat Turki di Jerman, pemakaman itu diberi nama Pemakaman Sehitlik yang dalam bahasa Turki berarti "Pemakaman Para Syuhada".

Seiring bertambahnya jumlah etnis Turki yang menetap di Negeri Panser itu, pada 1983, dibangunlah masjid dengan nama Berlin Turk Sehitlik Camii, melengkapi pemakaman tersebut. Namun, masjid ini lebih dikenal dengan nama Masjid Sehitlik.

Masjid yang memiliki sejarah yang cukup panjang itu tercatat sebagai tempat ibadah umat Islam tertua di Jerman. Masjid ini berdiri megah di Jalan Columbiadamm, daerah Tempelhof, di tengah Kota Berlin. Masjid Sehitlik berdiri dengan kubah besar dan dua menara lancip yang menjadi ciri khas arsitektur Ottoman.

Kompleks masjid dan pemakaman yang masih menjadi wilayah diplomatik Pemerintah Turki itu dirancang oleh seorang arsitek Turki bernama Hilmi Senalp. Masjid ini memiliki kemiripan dengan masjid di Tokyo, Jepang, dan Askabat di Turkmenistan karena arsitek kedua masjid tersebut juga Hilmi Senalp. Kemiripan ketiga masjid tersebut khususnya dalam rancangan interiornya yang bergaya khas Turki Utsmani.

Dari awal pembangunannya hingga beberapa kali renovasi, masjid ini sudah mengalami perluasan. Saat ini, masjid tersebut memiliki luas 1.360 meter persegi yang terdiri atas empat lantai, yaitu basement, lantai dasar, lantai satu, dan dua. Luas ini belum termasuk kantor pengurus masjid dan minimarket yang berdiri di halaman Masjid Sehitlik. Dengan taman dan pemakaman, luas kompleks masjid mencapai 2.805 meter persegi.

Lantai paling bawah Masjid Sehitlik (basement) difungsikan sebagai aula serbaguna. Lantai dasar awalnya hanya dipakai untuk ruang shalat. Kemudian, lantai dasar ini digunakan untuk ruang rapat dan sebagai ruang shalat cadangan. Ruang shalat utama terletak di lantai pertama. Di lantai pertama ini pulalah dua menara masjid berdiri. Lantai di atasnya dibuat berbentuk balkon dan digunakan sebagai tempat shalat wanita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement