Rabu 08 Jun 2016 20:16 WIB

Kisah Diskriminasi Muslim Xinjiang oleh Pemerintah Cina

Rep: melisa riska putri/ Red: Muhammad Subarkah
Seorang Muslim Uighur berada di depan militer yang patroli di wilayah Xinjiang.
Foto:
Muslim Xian Jiang, Cina, melakukan shalat berjamaah.

Sebagian besar etnis minoritas Uighur yang meningkat sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang menjalankan agama Islam. Ratusan orang telah tewas selama beberapa tahun terakhir dalam serangkaian serangan di Xinjiang. Beijing menyalahkan militan Islam lah yang melakukan serangan tersebut untuk membentuk sebuah negara merdeka yang disebut Turkestan Timur.

Cina menyebut mereka terinspirasi atau dibantu oleh kelompok-kelompok teror di luar negeri. Namun para pemimpin Uighur telah membantah pihaknya berada di balik kekerasan yang terjadi.

Pihak berwenang di Xinjiang di masa lalu telah meningkatkan pengawasan, termasuk pada praktik Islam yang dijalankan etnis minoritas Uighur selama Ramadhan. Pegawan Negeri Sipil (PNS) dan anak-anak dilarang berpuasa. Padahal pekan lalu, Cina mengatakan tidak ada diskriminasi agama di wilayah Xinjiang dan tidak akan ada gangguan pada Ramadhan ini.

Tahun lalu, Cina menggelar festival minuman berlakohol di Xinjiang selama Ramadhan. Partai Komunis Cina mengaku melindungi kebebasan beragama namun mempertahankan cengkeraman eratnya pada kegiatan keagamaan. Pemerintah hanya memungkinkan lembaga yang diakui secara resmi saja yang dapat beroperasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement