Sabtu 08 Aug 2015 11:46 WIB

Jokowi Harapkan Mathlaul Anwar Ikut Tangkal Radikalisme

Rep: Hilman Fauzi/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Jokowi.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Presiden Jokowi.

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG - Menghadiri Muktamar dan Milad Mathlaul Anwar ke 100, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berharap MA bisa tetap menjaga Kebinekaan dan tetap memproteksi diri dari paham radikal. Sebab, Jokowi percaya sebagai ormas yang moderat, MA mampu  menjadi ormas yang rahmatan lil alamin.

"Sebagai ormas terbesar dan tertua, MA memiliki modal sosial dan kultural dalam menjaga toleransi dan Islam damai. Modal tersebut harus dapat diterapkan secara sigifikan dalam ujian peradaban yang sekarang kita hadapi," kata Jokowi saat membuka acara muktamar di Alun-Alun Kabupaten Pandeglang, Sabtu (8/8).

Jokowi mengungkapkan, karakteristik kebinekaan dalam Mathlaul Anwar harus tetap diperjuangkan.  Agar tetap menciptakan Islam rahmatan lil alamin. "Agar terhindar dari radikalisme yang mengatasnamakan islam, dan agar islam tetap bermartabat," ungkapnya.

Bahkan, pelaksanaan Islam damai di Indonesia, lanjut Jokowi, mendapat pujian oleh pemimpin-pemimpin negara pada Konfrensi Asia Afrika lalau. "Banyak pemimpin negara hadir, pada saat itu kita secara khusus mendapatkan pujian dari mereka. Mereka sangat kagum dengan pelaksanaan nilai islam sehari-hari di Indonesia," kata Jokowi.

Mereka, kata Jokowi, kagum karena Islam di Indonesi penuh kesantunan, penuh tatakrama, budi pekerti, dan mereka kagum terhadap itu. 

"Bukan ormas yang seneng demo dan marah-marah, bukan islam yang seneng demo dan lempar batu, tapi Islam kita penuh tatakrama, budi pekerti, itulah islam kita," ungkapnya.

Karena itu, Jokowi percaya pada Mathlaul Anwar dengan modal sosial dan kulturalnya, mampu tetap menjaga kekayaan budaya keislaman yang Rahmatan Lil Alamin. 

Sementara, Ketum PBMA mengatakan, tetap konsisten memproteksi organisasinya dari paham radikal. "Kita sejak awal menolak paham radikal apalagi ISIS, kita juga sudah sering berkordinasi dengan BNPT terkait paham radikal di Banten, dan Indonesia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement