Rabu 11 Jul 2012 16:12 WIB

Obama Berduka Atas Pembantaian Muslim Bosnia

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Seorang muslim Bosnia  berdiri menyaksikan makam korban perang Serbia.
Foto: muslimmedianetwork.com
Seorang muslim Bosnia berdiri menyaksikan makam korban perang Serbia.

REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO -- Di sudut selatan Eropa, suasana haru mengiringi proses pemakaman 520 jasad Muslim Bosnia yang dibantai di Srebrenica, Bosnia-Herzegovina. Di belahan bumi lainnya, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengucapkan belasungkawa atas peristiwa berdarah yang terjadi 17 tahun silam tersebut.

Obama mengucapkan duka cita mendalam kepada keluarga korban. "Amerika menolak adanya upaya distorsi lingkup kekejaman, dan merasionalisasikan motivasi dibalik pembantaian itu. Menyalahkan korban, dan menyangkal pembantaian itu adalah genosida," kata di Washington.

Untuk memperingati peristiwa berdarah itu, Bosnia-Herzegovina menggelar upacara peringatan dengan menguburkan kembali 520 jenazah korban yang baru diidentifikasi dari pembantai pada 1995 silam. (baca: Warga Bosnia Napak Tilas Pembataian Muslim Srebrenica)

Rabija Hrustanovic keluarga korban pembataian tersebut, tak kuasa menahan tangis saat menemukan sisa jasad suami dan saudaranya. "Aku ingin berada disisi mereka untuk terakhir kali," ucap dia seperti dikutip foxnews.com, Rabu (11/7).

Suami dan saudara Rabija merupakan korban kebiadaban pasukan Serbia pimpinan Jenderal Ratko Mladic selama perang saudara 1992-1995. Oleh Mladic, ribuan muslim dieksekusi dalam beberapa hari. Pasukan perdamaian PBB, yang kala itu dikomandoi Belanda, tidak dapat berbuat banyak lantaran kekurangan pasokan senjata.

Seluruh korban pembantaian ditemukan di sebuah kuburan massal, Timur Bosnia. Yang menyulitkan tim pencari korban adalah pasukan Serbia mengali ulang kuburan massal lalu mereka pindahkan ke tempat yang lain. Perlahan tapi pasti ribuan korban itu ditemukan, lalu diidentifikasi melalui analisis DNA, dan kemudian dimakamkan secara laik.

Ironis, kebiadaban Mladic justru dianggap tindakan heroik bagi bangsa Serbia. Meski demikian, kedigdayaan Mladic surut sudah, kini ia menjadi pesakitan pengadilan Internasional Den Haag, Belanda. Oleh pengadilan ia dijerat 11 dakwaan, termasuk genosia. "Mladic seorang yang terhormat dan adil. Ia hanya korban dari tragedi yang belum dilakukan," ungkap Novica Kapuran, Warga Serbia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement